Mengenai Saya

Foto saya
I love writing, learning, cooking, watching some cartoon films such, sponge Bob, naruto, the legend of Aang.

Senin, 04 Juni 2012

APA KHABAR “KEBANGKITAN NASIONAL” BANGSAKU? Tanggal 20 Mei biasa diperingati sebagai hari Kebangkitan Nasional. Hampir lebih dari seabad kita selalu peringati tapi sampai dengan saat ini belum terlihat sisi positif yang signifikan bagi kebangkitan nasional bangsa kita. Bila kita cermati Negara yang bangsanya porak poranda akibat perang dan lain sebagainya, mereka dapat membangun kebangkitan bangsanya bersamaan dengan kebangkitan jiwa kepemilikan negaranya. Taruhlah kita lihat Jerman, yang hampir dibumi hanguskan saat Hitler berkuasa, mampu menjadi pusat perhatian dunia dengan segala tekhnologinya. Bangsanyapun belajar untuk mencintai negaranya; Dunia tidak pernah melupakan kejadian Tentara Amerika dari Pearl Harbour yang membom Hiroshima dan Nagasaki kepulauan yang dimiliki Jepang di tahun 1942. Kepulauan tersebut hancur lebur. Bukan bangsa yang kuat bila Jepang tidak mampu membuktikan bahwa sampai saat ini Raja motor dan mobil di dunia di pegang oleh bangsa tersebut karena hampir semua Negara menggunakan motor atau mobil hasil kebangkitan bangsanya. Jika kita melihat Jepang adalah bangsa yang memiliki budaya Harakiri (berani bunuh diri bila terbukti salah), hal ini terbukti dengan pengunduran diri PM Jepang Beberapa waktu lalu apapun masalahnya dia berani mempertanggungjawabkan perbuatannya kepada bangsanya. Sungguh budaya yang luhur kan. Hitler, Soekarno, Mahatma Ghandi, Indira Ghandi, Lee Kwuan Yu, Abraham Lincoln, Winston Churchill dan sejumlah Pemimpin dunia yang berani membuat negaranya sesuai dengan jalur yang semestinya. Bukan mereka tidak memiliki kesalahan tapi bagaimana mereka membuka wawasan anak buahnya menjadi lebih baik dan berpikir positif terhadap ability bangsanya. Resiko tersulitpun diambil untuk menentukan perkembangan ke depan Negara tersebut. William A. Cohen dalam “Seni Kepemimpinan” mengungkapkan di hal. 27; Tidak ada keberanian, tidak ada kemenangan. Beranikah pemimpin bangsa Indonesia untuk menang? Kita kembali pada Negara Indonesia tercinta. Kejadian demi kejadian fenomenal baik dari kepemerintahan dan hal-hal yang berada di masyarakat sampai pada titik terdasar yakni pendidikan. Berulang kali media mengungkapkan kebobrokan itu diawali dari pendidikan terhadap etika budaya, komunikasi dan rasa malu. Ini membuat Korupsi menjadi berurat berakar dalam tiap sendi kehidupan berbangsa. Tanpa uang jabatan tak kau dapat. Budi pekerti boleh saja dianggap hilang tapi kebudayaan secara adat semestinya tidak boleh hilang, atau kedua-duanya tidak boleh hilang, sementara hal itu telah terjadi dan mulai tergerus zaman. Layaknya ketika kita melihat wajah kita yang semula cantik, mulus dan indah bak gadis belia menjadi koyak ketika soul dari inner beauty tidak berjalan sesuai dengan keindahan fisik tersebut. Masyarakat tidak didik mengerti dan menjalankan kejujuran sebagai manusia. Politisasi sikap pun merasuk pada tiap kalangan tak terkecuali anak-anak di usia SD. What a World?? Kebangkitan suatu bangsa prediksinya bisa terjadi bila semua memahami fungsi dan perannya dengan baik, tidak perlu budaya “cari muka” dan “asal bos (bapak) senang” tumbuh dan berkembang bahkan kritik membangun pun perlu dilihat dari berbagai sisi. Sikap keadilan dan keberanian membuka secara jujur dari seorang pemimpin membuat rakyat yakin bahwa mereka sedang dilindungi, diajarkan dan dibina menuju keadilan serta keberanian bukan pemberontakan. Tapi jika keluhan masyarakat ditanggapi hanya oleh sebelah mata dan menganggap benar satu sisi dari sekian sisi yang harus dilihat wal hasil Demo ketidakpuasan akan terjadi. Saat ini krisis yang terungkap dari berbagai media menyebutkan bahwa dekadensi moral muncul dan mencuat semakin berubah. Semua terjadi karena muak masyarakat sudah mencapai titik klimaks. Pemimpin yang mengatakan sebagai wakil rakyat bekerja untuk mengumpulkan uang setoran kepada partai menjadi hal lumrah, dia mencari area bisnis lain yang menggunakan penetapan regulasi berdasarkan order pengusaha sehingga tentu tak kurang uang milyaran bahkan trilyunan menjadi hal yang biasa buat mereka agar bisa mengalir ke kantong pribadi dan membangun kekuatan serta kekuasaan atas orang lain. Sementara masyarakat kelas terendah yang tidak mengetahui apapun, sekolah saja kadang sulit untuk ditamatkan harus mendapatkan imbas dari kebijakan yang samar-samar hanya menguntungkan kelas tertentu. Apakah ini disebut kebangkitan bangsa? Dahulu Dawwes Dekker dalam tiga serangkainya berjuang memperkenalkan pendidikan moral bangsa kepada rakyat Indonesia yang saat itu menjadi bangsa yang dijajah pemerintah Hindia Belanda. Mereka berhasil membuka wawasan pemuda Indonesia untuk membuat pergerakan menuju Indonesia Merdeka. Mendidik pemuda untuk mengenal huruf dan tanpa balas jasa mereka mendidik pula pemuda-pemudi Indonesia berpolitik maka muncul politikus-politikus berhati mulia, mereka mencapai kemerdekaan bukan tanpa usaha. Tapi usaha yang tidak pernah mengenal hipokritisasi dan borjuisasi. Soekarno, Sutan Sjahrir, Moh. Hatta, Kyai H. Agus Salim, dll muncul untuk mencapai tujuan tersebut. Sejatinya, musuh di zaman penjajahan dapat terlihat dan kita menang karena mengetahui pasti musuh yang harus dibasmi. Sementara saat ini, Bangsa Indonesia kian rapuh melihat siapakah sebenarnya musuh utama yang harus dibasmi. Koruptorkah atau Oknum Penguasa yang melegalkan mafia berkerah putih atau dua-duanya? Jika yang seperti itu justru yang banyak muncul, lalu bagaimana mencari pemimpin tuntutan rakyat? Tidak semua yang dipikirkan bisa sesempurna yang diinginkan dalam kehidupan nyata; setidaknya orang yang menjadi pemimpin adalah orang yang pernah merasakan dihina, dikerdilkan, tidak merasakan keadilan tapi mampu mengatasi dengan positif. Ini mampu mengatasi “Bagaimana jika ….” Yang dirasakan rakyat miskin. Bukan untuk mempolitisir kemiskinan dan ketidakmampuan orang. Jika saja pemimpin kita bisa melihat rangkaian kehidupan tersebut dari banyak hal yang mereka harus pikirkan, sistim lama yang sudah membuat enak dapat dihilangkan dan kompak pada satu tujuan, pada semua kalangan; angan-angan penulis untuk hidup lebih layak mungkin bisa tercapai. Pergerakan kaum miskin menjadi lebih sejahtera secara moral bersama adalah kebangkitan sesungguhnya. Sekarang Apakah Kebangkitan Nasional Bangsa ini hanya sebuah slogan saja? Kapan ya, itu bisa menjadi bagian dari kami rakyat yang hanya menerima, mengkritik agar lebih baik, berbuat semampu kami untuk memperbaiki tatanan kehidupan yang diberikan Tuhan kepada Umatnya. Kami rindu kebangkitan bangsa yang jujur menyuarakan hati nurani tanpa embel-embel, membuang orang-orang yang hanya mampu menjilat. Rindu menjadi Negara terdepan sesuai perjalanan waktu seperti Jepang, Korea, Kamboja bahkan Malaysia. Apa khabarnya juga Kebangkitan bangsaku nanti ya, mudah-mudahan pemimpinku sadar di mana mereka berdiri dan untuk apa…. Semangat bangsa ku! Selamat Hari Kebangkitan Nasional. Ditulis oleh Diah Trisnamayanti, S.S. Pemerhati Pendidikan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

your opinion