Mengenai Saya

Foto saya
I love writing, learning, cooking, watching some cartoon films such, sponge Bob, naruto, the legend of Aang.

BELAJAR DARING DI KELAS RPL #Day24AISEIWritingChallengeGara-GaraSepatu

 GARA-GARA SEPATU



Sambil menunggu suaminya selsai mandi, Mirna menyiapkan kebutuhan suaminya. Sambil mengambil komputer miliknya. Dan memberikan kepada Heru Sandhya mengikuti pamannya.

         “Mang.. main yang ada bonekanya.. mang..”

         “Iya, mang kerjain tugas dulu ya. Neng main dulu ma bunda.” Jawab Mirna.

      "huaaaaa... ga mau.. aku mau main.. game boneka...” Sandhya mulai nangis. Hari yang baru selesai langsung

          “Eh.. ko anak ayah cengeng.”

         “Ayah.. aku.. aku kan... mau main game boneka.huuummm” adunya pada ayahnya, sambil terus bermanja-manja.

         “Mamang Heru sedang mengerjakan tugas. Nanti ibu gurunya marah kalau mamang eggak selesaikan tugas. Teteh Sandhya kan anak pinter. Jadi main nya di game ayah aja. Main game bola ya..”

       “Ga mau ayah. Aku kan anak perempuan. Main bola untuk anak laki-laki. Ayah main sama Gani aja. Aku mau bo
neka.. ayah...” rengeknya.


         

    Di ruang tamu, Mirna mengajarkan Heru bagaimana menggunakan komputer untuk cepat dalam mengerjakan analisis dari data yang dia punya tentang penjualan Toko ayahnya yang juga guru honorer. Mirna mendekat ke suaminya untuk mengambil anaknya. Dia tahu suaminya lapar.

            “Teteh, pake ini ya ada bonekanya” sambil dipasangkan ke game boneka.

             “Unda.. makasih. “

             “Sama-sama”

            Hari hanya senyum melihat istri dan anaknya bercakap-cakap. Ini yang tidak bisa dia dapat dari manapun.

            “Ayah tadi pulang engga?” Tanya Mirna ke Hari

            “Engga, kenapa gitu?”

       “Tadi waktu aku pulang ke rumah dengan Sandhya. Rumah ko seperti ketutup dari dalam. Aku engga bisa buka dari luar; terus ada sepatu perempuan lagi. Kan waktu kita berangkat pagi engga ada sepatu ini”

           “Sepatu apa?”

       “Sepatu Perempuan. Sebentar aku ambilin” Suaminya melanjutkan makannya dengan nikmat. Lalu mendengar Istrinya memasuki lagi dapur.

          “Ini aa.  kenal engga sepatu ini?”  tanyanya penuh curiga.

          “Engga tahu.” Sahutnya kalem

          “Ini Jelas bukan punya aku. Tuh  kegedean.”

          “Pasti Orangnya, tinggi besar dan cantik” katanya melanjutkan.

          “Tadi pagi ayah kemana?”

          “Ketemuan ma teman di cafe dekat sekolah kamu” menjawab sesuai rasa penasaran istrinya.

          “Ngomongin apa?”

          “Kerjaan”

          “Terus, ngapain?” selidik Mirna

          “Terus pulang ke rumah, bawa orang itu ke rumah”

          “Oh. Jadi ini orang yang tadi aa bawa ke rumah, luoa bawa sepatunya?”

          “Iya”

          “Siapa, Dia?”

          “Riana"

       “Kenapa, dibawa ke rumah? sementara rumah kita sedang  engga ada orang?”

          “Ada orang, kan dia dengan suaminya. Kenapa sepatunya ditinggal?”

          “Engga tahu. Besok kamu tanyain dia” Mirna diam dan tidak lagi bertanya. Tetapi dia seperti tersengat listrik dan tidak lagi tertarik berbicara dengan suaminya. Dia meninggalkan suaminya sendirian. Dia membawa serta anaknya melihat adiknya mengerjakan tugas.

         Dia pun masuk kamar. Memasukkan baju-bajunya dan baju anaknya ke dalam tas besar. Dia memakikan jaket ke anaknya. Lalu melihat pekerjan adiknya.

         “Sudah selesai ru?”

         “Masih ngerjain teh. Dikit lagi. Untuk presentasinya, belum.”

         “Ya udah kerjainm sok sampai selesai”

         “Unda, mau kemana?”

         “Dingin, nak. Jadi harus pakai jaket” sahutnya menjelaskan ke anaknya.

       Ketika itu Suaminya yang sudah selesai makan langsung ke ruang tamu. Mirna membiarkan anaknya bermain dengan ayahnya. Dia menuju ke dapur dan membereskan meja makan dan mencuci piring.  Setelah itu, dia menyiangi saturan untuk dimasak. Dia memasakkan sayur sop daging untuk suaminya. Menyiapkan kebutuhan untuk suaminya. Dia sedang berusaha menghindar melihat wajah suaminya, sehingga dia sengaja berlama-lama di dapur. Apa saja dia kerjakan sampai dengan mencuci baju kotor yang biasanya 1 minggu sekali dia cuci. Kali itu dia selesaikan.

        “Teteh... aku udah beres.” Kata Heru mendekati Mirna di dapur. Heru mengerti perasaan kakaknya. Dia sempat mendengar kakaknya bertanya tentang sepatu perempuan. Tapi dia tidak mau terlibat lebih dalam, maka dia tidak berusaha bertanya.

        “Mau pulang?” tanya nya

        “Iya. Bapak udah telpon.”

        “Kan udah engga hujan. Teteh ikut deh ma Sandhya  mau lihat bapak.”

        “Mau kemana kau?” tanya Hari

        “Mau Ke rumah Bapak, lihat keadaan bapak. Ga boleh?”

        “Besok Aja.”

        “Sekarang aja, mumpung Heru ada di sini. Ayah kan cape habis kerja. Aku dengan Sandhya ke sana nginep. Besok pagi, Aku pulang untuk beberes.”

        “Engga usah pulang sekalian!!!” teriak Hari.

        “Memang nya aku engga ngerti apa maksud kamu?!” ulasnya keras.

        “Baik. Terimakasih sudah pernah menjadi bagian dari diri saya. Mohon Maaf jika saya tidak bisa memberikan apa yang kamu mau.”

        “Hayu, Heru” ajak Mirna sambil menggendong anaknya dan membawa tas. Hari menarik Mirna dengan keras. Mirna melindungi anaknya. Mirna meminta Heru membawa Sandhya ke rumah ayahnya bersama tas besarnya.

1 komentar:

  1. Makin.seru..
    . Salah paham emang begitu...

    Ego dan gemgsi menjadi satu, hanya dibicarakan baru bisa selesai...

    Josss ini ceritanya!!!

    BalasHapus

your opinion