Mengenai Saya

Foto saya
I love writing, learning, cooking, watching some cartoon films such, sponge Bob, naruto, the legend of Aang.

Minggu, 11 Oktober 2020

Challenge AISEI #Day6AISEIWritingChallengeBercengkramaSambilMelaksanakanGerakan Kebersihan

 

BERCENGKRAMA

SAMBIL

MELAKSANAKAN GERAKAN KEBERSIHAN



Sesuatu yang tidak terlupakan di balik foto ini adalah kita tergabung dalam kegiatan kebersihan Kota Bandung; saat itu, Pak Ridwan Kamil belum menjadi Gubernur. Siswa-siswaku yang ini ada yang kuliah, ada yang bekerja, ada juga yang sudah wafat. Sedih jika mengenang siswaku yang sholeh, pinter, bageur wafat mendahului ku. ,😢😢

      Hidup terus berlangsung. Selama Allah masih mengijinkanku bernafas, insya allah dilakukan sesuai jalannya. Ada temanku yang juga sudah tidak mengajar lagi karena harus mengurus dua orang anaknya dan sempat tinggal sementara di Jepang.

          Temanku yang lain, seorang guru biologi saat itu usia kandungannya menuju ke 8 bulan. Sempat pucat wajahnya saat harus berjalan jauh sambil mengawasi anak-anak. Betapa besar tanggungjawabnya sebagai guru untuk anak-anak yang mengikuti kegiatan ini.  Beliau kebetulan menjabat sebagai guru koordinator PLH waktu itu yang juga bertanggungjawab pada penghijauan di sekolah. Saya hanya sebagai penggembira dari siswa-siswa yang dibawa sebagian besar anak-anak asuhan saya di kelas. Ibu Sri Suhartini, teman yang selalu membantu guru muda belajar dan bekerja dalam kondisi apapun; beliau tidak hanya mengajar PLH tetapi juga guru Kewirausahaan yang bijak.

          Pelaksanaan kebersihan alias menyapu jalanan, positifnya sebagai pengetahuan seberapa lelahnya menjadi seorang penyapu jalanan bila orang-orang seenaknya membuang sampah. Padahal dalam islam pun diajarkan bahwa kebersihan sebagian dari iman. Tetapi belum dipraktikan dengan baik.

         Bicara soal sampah, berarti bicara tentang kebiasaan membuang hal tidak berguna (sstt.. sampah rumah tangga sangat berguna untuk kompos loh..) Seorang pemulung bisa kaya karena sampah. Saya dan Ibu Sri Suhartini sempat punya ide membuat sekolah pengolahan sampah. Kita urung melakukan karena ternyata kita tidak cukup tegar jika harus membuat sebuah sekolah. Perlu ekstra tenaga dan pemikiran agar jalannya menjadi lurus, jujurnya bukan ini juga siih. Khawatir itu pasti ada. Apa ke khawatirannya? Tidak punya murid. Mana ada siswa yang mau kotor-kotor atau dekat-dekat dengan sampah.  Sementara di Surabaya Bu Risma sudah membuat mesin penghancur sampah agar kotanya bersih. Bandung belum memiliki, jika ada sekolah pembuat mesin sampah seperti di Surabaya; penyapu jalan masih tetap ada atau tidak ya?

          Mindset anak-anak muda saat ini "tidak" seperti jaman Prof. Eko begitu kata Prof Eko di Youtube Ekoji channel: (Sesi 66) Bagaimana mengembangkan bahan ajar yang tepat?, saat ini mereka hanya ingin menjalani pembelajaran yang enak-enak (tempat, makanan: jajanan, sampai media belajar); kerja juga maunya yang mudah tetapi gaji besar. Siapa yang tidak tertarik? 

“Tetapi ada gitu pengusaha yang mau membayar karyawannya dengan gaji besar dan dia bekerja seenaknya?” saya sempat bertanya pada mereka saat itu. Jawaban seorang siswa“ bisa aja bu, kan; perusahaan bapak saya bu?”

“Memang bapakmu usaha apa?” tanya saya lagi

“Jualan di pasar bu”

“Bagus”

“kamu mau kembangkan jongkomu jadi seperti usaha bapak kamu? Lanjutku

“enggak lah bu”

“Lah, kalo di pasar. Susah dapat cewe cantik bu”

“Eh. Itu geura. Naha ujug-ujug ka cewe?”

“Da pasar mah kotor, ledrek bu.”

“ya, kan kamu tidak harus ke pasarnya, kamu nanti mempekerjakan orang.”

“Sekarang mah seneng-seneng weeh heula bu.”

Teman-teman dan saya hanya bisa tersenyum melihatnya. Bocah-bocah ini, dia tidak tahu hidup itu perlu perjuangan.


8 komentar:

your opinion