Mengenai Saya

Foto saya
I love writing, learning, cooking, watching some cartoon films such, sponge Bob, naruto, the legend of Aang.

Selasa, 06 Oktober 2020

BELAJAR DAN BEKERJA BERSAMA ANAK DI SEKOLAH #Day1AISEIWritingChallengeSiswaku, Anakku

SISWAKU, ANAKKU


]
           

Awalnya menyenangkan, bertemu anak-anak muda dengan binar di mata menandakan adanya kehidupan cemerlang di masa depan. Kesan selama setahun, dua tahun sampai tiga tahun bersama mereka, meyakinkan saya anak-anak ini pintar tetapi kesulitan belajar mereka tidak bisa mereka kenali.  Seminggu, sebulan mulai ada yang gugur. Tidak tahan dengan suasana kelas katanya. Ada yang gugur karena malu, kebisingan dan takut dengan konsekwensi.

Kalau pecinta tanaman hias pasti kenal yang namanya tanaman gelombang cinta. Nah saya sudah telanjur terkena gelombang cinta dengan anak-anak; jadi ya lanjutin dan nikmati saja kebingungan menghadapi tingkah mereka.

Tidak hanya yang masih berada di TK sampai yang sudah kuliah masih saja menjadi bagian dari kehidupan ini. Senangnya, merekam kembali jejak-jejak bersama mereka. Perjalanan menghadapi mereka adalah pengalaman kehidupan yang sangat berharga bagiku. Berbagai persoalan yang diberikan Allah,  terekam dalam kehidupan yang bergelombang asa. Kadang naik, kadang turun. Jet coster kehidupan adalah tantangan yang perlu disiasati dan dicari solusinya.

Saya tidak perlu serius menghadapi tetapi dijalankan. Mereka, anak-anaku, pelajar ini memiliki kualitas kemampuan yang begitu luar biasa. Kepekaan mereka terhadap kehidupan dan diri sendiri memang perlu dikenali polanya. Siapapun bisa menghadapinya asalkan belajar mengatur emosi diri saat bertemu dengan trik-trik anak tanggung seperti mereka. Ada kalanya mereka melakukan karena mereka tidak tahu bagaimana menyelesaikan satu permasalahan yang muncul dalam diri mereka.

            Menyadari mereka sudah bukan lagi anak-anak adalah usaha awal pendekatan kepada mereka, belum tentu mulus kelanjutannya meski ketika awal pendekatan sudah lancar jaya. Ketertutupan diri mereka karena mereka punya anggapan jika ada masalah; keluarga tidak perlu tahu. Bila keluarga tahu, itu amat memalukan. Sayangnya, karena kurang membaca situasi, referensi dan motivasi; yang dirasakan mereka justru membuat mereka makin galau. Inginnya ditanya, tetapi tidak ada yang bertanya. Inginnya disapa, tetapi tidak ada yang menyapa. Galau tingkat tinggi maka larinya menjadi bucin alias budak cinta. Jadilah mereka mencari tambatan hati dan muncullah pernyataan “Hanya dia satu-satunya yang bisa mengerti”, seperti penggalan dari kisah-kisah roman. Begitulah anak muda, dibilang masih kecil; badan mereka bongsor-bongsor, tetapi di kelas senangnya berkejaran satu dengan yang lain, atau menjaili temannya dengan mengambil pulpen yang tergeletak sebentar. Kenangan terindah bersama mereka tak pernah luntur dalam ingatan seorang wali kelas.



8 komentar:

  1. Baca tulisan ini membuat saya teringat gelombang cinta..
    Hehehe

    Hebat Bu
    Ayo Terus Menulis

    BalasHapus
  2. Masih belajar bu, banyak yang kurang ternyata.

    BalasHapus
  3. Terimakasih komentarnya, Bu Rita Wati. Semoga saya bisa menyelesaikan menulis.

    BalasHapus
  4. Ahay, seperti ada yang belum selesai. Cerita diawali dengan kata "Awalnya menyenangkan, bla...bla...bla. Terus kubaca hingga akhir. Kok datar saja. Ah, pandainya ibu ini mengelabui agar aku membaca hingga akhir cerita. Hehehr...


    Mungkin kebiasaanku menggambarkan kejadian berkebalikan dengan kata "awalnya" mendorongku untuk menyelesaikan cerita.

    BalasHapus
  5. betul bu, wali kelas pasti jadi orang terdekat di sekolah dg anak2, semangat ya bu

    BalasHapus

your opinion