Mengenai Saya

Foto saya
I love writing, learning, cooking, watching some cartoon films such, sponge Bob, naruto, the legend of Aang.

BELAJAR DARING DI KELAS RPL #Day27AISEIWritingChallengeHangatnyaBersaudara

 

HANGATNYA BERSAUDARA


“Pasti supirnya lagi sedeng.. ya mbak? Kalau Tedi di sana, pengen dihajar da!” Ceplosnya, yang didengar oleh Hari. Hari tersenyum. Mirna meringis kesakitan sambil mengibas-ibaskan tangannya sambil mengatakan

          “Udah, Teteh ga papa juga kali. Terimakasih ya de..”

          “Pak, udah pada makan belum?” tanya Mirna pada Bapaknya dan Sandhy digendong langsung oleh Hari, tetapi Sandhya meronta ingin ke ibunya. Mirna dan adik-adiknya saling membahu untuk menyipakan makan malam.

           Ayahnya tadi meminta Heru untuk membelikan martabak Asin dan manis untuk dimakan sama-sama malam itu. Terlihat wajah bahagia melihat semua anak, mantu dan cucunya berkumpul setelah ditinggal istri tercintanya, baru kali itu lagi mereka berkumpul.  Pada hal rumah Mirna hanya 800 meter saja. Ayah Mirna Hanya bersyukur saja. Pandemi membuat mereka berkumpul kembali. Senyumnya terus berkembang, meski sebelumnya dia sempay mendengar dari Heru adik Mirna kalau rumah tangga anak sulungnya sedang mengalami gelombang kecil kehidupan rumah tangga. Setelah makan malam, Mirna dan adik-adik perempuannya membantu membersihkan dan merapikan meja makan dan dapur, semntara iru Heru dan Tedi asyik bermain game dengan ponakannya dengan komputer kakaknya. Sementara Ayah Mirna dan Menantunya Hari duduk di teras rumah ayah Mirna yang sederhana.

           “Har.. kamu sudah bertandang ke rumah mama dan papa kamu di Purworejo? Bagaimana khabar mereka dan adik-adikmu di sana?” tanya Ayah Mirna.

          “Belum pak. Tapi kita masih komunikasi lewat gawai ko pak”

          “Ya, syukur. Alhamdulillah. Pekerjaan kamu baik-baik?” tanyanya lagi

          “Alhamdulillah, Pak. Kemarin ditawarin jadi manajer bengkel. Saya belum jawab. Keburu ada salah paham sama Mirna pak.”

           “Ooh.. kalau itu baik jalanin aja dulu. Itu kan peningkatan karir kamu”

           “Saya khawatir Mirna tidak setuju karena yang punya Bengkel yang dicurigai Mirna, pak. Sepertinya ada yang sangat berharap dengan posisi itu dari pada saya.”

           “Laki-laki itu jiwanya, harus tangguh. Kalau ada persaingan, itu biasa. Kehidupan memang seperti itu. Betul, Istri itu pendapatnya perlu didengar. Ketika kalian memutuskan bersama kalian harus paham satu dengan yang lain dalam mengambil keputusan. Diskusikan saja. Kalau tidak pasti seperti itu terus.”  Jelasnya.”  Hari mengangguk-angguk tanda setuju.

           “Hari ingin bicara memang pak. Tidak hanya dengan Mirna, dengan bapak juga. Apa yang semestinya Hari ambil. Ada dua tawaran, satu yang dengan Ibu Riana; satu lagi agak jauh, pak. Mirna belum tahu. Ini mah jadi Kepala Bengkel. Stara dengan Manajer juga sih, pak.”

            “Dimana?” lanjut pak Rahmat Ingin tahu. Belum sempat Hari menjawab, Sandhya datang sambil menangis..

            “huhuhuhuh... ayah.. mang Tedi, engga mau gantian mainnya ama bibi Uci. Aku, mau main boneka ma bibi Ucan .. terusss sama bibi Ian.. ughhhuuhh” akting menangis yang luar biasa dari seorang anak TK Nol kecil.

             “iya... iya..  Tedii.. “ teriak Pak Rahmat memanggil anaknya yang ke tiga.

             “Hii.... sini Sandhya.. yuk main ma Bibi Ucan. Mang Tedi udahan da..” jelas Tedi di depan bapak dan kakak Iparnya Hari, sambil mengajak masuk Sandhya dan tertawa bahagia karena candanya berhasil.

              “Enggak mau.. hhuuhuhuh.. mang Tedi nakal..”

               “Kenapa nak.. sini masuk sama bunda yuk.. “ Bujuk Mirna pada anaknya dan mengedipkan mata ke arah Tedi. Tedi terus tersenyum melihat keponakannya.

               “Aku enggak mau main sama mang Tedi. Sama Mang Heru aja. Bunda mang Tedi mah banyak setannya. Suka gangguin aku aja..” semua yang mendengar tertawa, termasuk Hari. Mirna berhasil membujuk anaknya dan mereka meninggalkan Hari dan pak Rahmat yang sedang diskusi.

             “Teh, Urang teu ngarti maksud soal iyeu euy..”  Tanya Heru ke kakaknya yang telah berada di ruang tamu.

               “Soal apa emangnya de?”

              “Algor teh.. mau dimasukin ke presentasi yang tadi siang dikerjain teh..”

               “Oh.. kamu kerjakan dulu semampu kamu, de. Nanti teteh lihat hasilnya” Heru mengangguk-angguk. Secepat-cepatnya dia berusaha mengerjakan dengan komputer Mirna.  


“Teh, Heru bikinnya seperti ini.. benar atau engga?” ujarnya setealah beberapa menit mengerjakan sambil menunjukkan pekerjaannya pada Mirna. Kemudian memberikan bentuk-bentuk pemikirannya tentang usaha ayahnya, Pak Rahmat, dengan alur Use case nya.

        “Nah, yang ini mah.. class program nya teh..; kira-kira menurut teteh nyambung atau engga?” jelas nya lagi yang di perhatikan Mirna sambil membiarkan Sandhya berada di antara lutunya yang memangku bocah kecil imut ini. 


           “Kalau yang ini, kamu menjalaskannya apa?” tanya Mirna kemudian. Dia melihat materi presentasi adiknya bagian Use case dan Class programnya sudah cukup memadai saat dia presentasi di kelasnya nanti. Dia juga berharap dapat membantu mengarahkan adiknya saat presentasi berlangsung. Maka dia ajukan beberapa pertanyaan tambahan yang berhubungan dengan Use Case, Class Program dan Communication Diagram

            

     “Apa itu Use case de? Dan untuk apa Use Case itu dipakai dalam program  kamu?” tanyanya. Adiknya sedikit tertegun sesaat, kemudian matanya berbinar sambil menjawab

      “Menurut Jacobson, Use case diagram itu adalah gambaran yang merepresentasikan hubungan interaksi antara sistem dan lingkungannya sebagai sebuah teknik penemuan kebutuhan perangkat lunak dengan metode pendekatan berbasis objek. Tujuan digunakan Use Case dalam program aku, Objek yang mau aku sampaikan adalah program data barang di usaha Toko kelontong Bapak Rahmat. Tampilan program itu memerlukan obyek untuk menggambarkan cara kerja ketika kita mengetikan barang a, b, c yang ada di toko kelontong Pak Rahmat. Stok yang kurang”

      “Mamang kenapa, mamang jawab-jawab unda. Kan unda teh bukan ibu guru mamang?” dijawab Heru dengan senyum dan cium gemes ke Sandhya sebelum Mirna jawab.

      “Teteh, Aku dong.” Kata Susan meminta perhatian Kakaknya juga.

      “Iya; mana San? Pelajaran Apa?”

      “IPS Teh.. Apa yang dinamakan Interaksi sosial?”

      “Interaksi sosial mah, Susan bicara dengan teteh, dengan aa Heru dengan Pa Anom, dengan Bu Bedah, ibu Betty wali kelas Susan; artinya susan sudah melakukan interaksi sosial.”

     “ Kok jawaban di penjelasan ibu guru aku mah ini teteh; tiap bangsa memiliki budaya yang berbeda dengan negara lain. Penyatuan perbedaan disebut integrasi”

     “Mana lihat soalnya. Ohh.. Itu mah bukan Interaksi sosial. Tapi Integrasi sosial”

      “Itu hubungannya dengan interaksi juga de San..; Susan, Aa Tedi, Aa Heru dengan De Raina, sama Teteh beda engga orang nya? ’”

      “Beda”

      “Bapak dan Ibu dulu kalau ada masalah kita diajak apa?”

      “Ngumpul Teh” Sahut Tedi

      “Iya aku juga inget da.. Teteh di sini dudknya, Aa di sana , teteg Susan jagain aku” celoteh Raina menjelaskan. Dilanjutkan senyum oleh semuanya dan Mirna melanjutkan penjelasannya.

       “Nah, Bapak dan Ibu Alm. Sedang membuat kesepakatan untuk Integrasi sosial adiku sayang..” jelas Mirna pada adiknya sambil mengelus rambut Susan yang panjang sebahu. Dan mengajak bercanda Sandhya. Sandhya merasa geli di kilikitik Ibunya. Betapa cerianya canda dan hubungan mereka. 








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

your opinion