Mengenai Saya

Foto saya
I love writing, learning, cooking, watching some cartoon films such, sponge Bob, naruto, the legend of Aang.

Minggu, 17 Januari 2021

#Day19Jan2021AISEIWritingChallangeSTRATEGIKREATIFMEMBUATSISWAMEMBACA

STRATEGI  KREATIF 

MEMBUAT  SISWA MEMBACA 

Oleh Diah Trisnamayanti, S.S. 

SMK MedikaCom Bandung

                                                                                                                                     Gambar 1.koleksi pribadi

M

 embaca yang membosankan hilang dalam sekejap bila dikerjakan dengan bergotong royong. Pertimbangan having fun dikerjakan bersama siswa membuat pengambilan simpulan sesuai alur carita. Aplikasi padlet untuk mengakses bacaan membuat siswa tertarik bertahan dengan pengalaman barunya. Offline (Luring) atau Online (Daring) bukan penghalang. Strategi jigsaw menambah kesan “ketagihan” atau “penasaran” bagi para siswa untuk membaca sehingga mereka bisa menikmati perjalanan dan pengalaman unik lainnya. Daya ingat dan pemahaman dapat menjadi loncatan keberhasilan berliterasi.

Reka Teknik Baca

Teknik skimming dan scanning diperkenalkan pada siswa dalam membaca sehingga isi bacaan dapat mudah dicerna. Ketika siswa membaca prosesnya, melompat-lompat karena dia harus dapat membuat kesimpulan sendiri tentang materi bacaan dan menginformasikan sesuai gayanya. Itu akan terlihat saat dia menulis di padlet hasil bacaan per lembar. Sementara proses scanning diungkapkan oleh ketua kelompok setelah dia menuliskan dan menceritakan rangkuman naskah dari ide-ide pokok yang muncul. Sehingga informasi terangkum sempurna melalui gayanya bercerita di kelas. Kedua teknik di atas disampaikan oleh Kang Didik dalam Cara dan Strategi Membaca Hebat Mudah; https://www.kangdidik.com/2019/03/cara-dan-strategi-membaca-hebat-mudah.html menjadi dasar pengembangan kegiatan ini.

Strategi jigsaw dipadu dengan teknik skimming dan scanning memberikan kemudahan para siswa bereksplorasi memahami jejak makna cerita dalam buku sebagai bentuk keingintahuan yang tinggi melalui media Padlet.

        Dari penelitian Khairul Asri, M. Ikhsan, Marwan Marwan tentang “Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis melalui penerapan pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Sekolah Menengah Atas” sudah terbukti, strategi jigsaw dapat membuat siswa lebih kreatif. Ini dikuatkan melalui pengalaman saya ketika masih menjadi mahasiswa tingkat pemula, saya diajak berdiskusi oleh dosen prosa yang menggunakan teknik Jigsaw. Suatu waktu, beliau meminta saya menceritakan sebuah bab di kelompok saya. Meskipun zaman sudah berubah. Ingatan baik masih terekam dengan baik juga. Oleh karena itu, saya mencoba sampai tahap Teknik skimming dan scanning yang belum dipadukan dengan penyimpanan di dalam padlet; sudah bisa membuat anak-anak berhasil mendapatkan pengalaman baru dari membaca.

         Termotivasi tantangan itu, strategi jigsaw berikut dapat digunakan dan dimodifikasi untuk materi pelajaran eksak sampai dengan non eksak; bahasa.

            

Tulis Jadwal Sederhana

          Guru perlu memastikan buku yang akan diberikan terlebih dahulu ketika akan memadu padankan strategi ini. Melalui buku, pokok bahasan dan strategi yang tepat membuat anak berada dalam perjalanan peristiwa dan menumbuhkan kenikmatan belajar membaca. Setelah itu, guru membagi tugas siswa dalam kelompok kecil di kelas.

          Agar lebih mudah pelaksanaan strateginya, guru perlu menyiapkan daftar isian tentang kapan dia dapat membaca, berapa banyak paragraf atau kalimat dalam buku terpilih. Siswa kemudian menuliskan catatan hasil membaca yang telah dibagi dalam jadwal. Meskipun sedikit, tulisan dianggap sebagai laporan diri yang disematkan di padlet.

          Siswa cukup mengingat apa yang dibacanya, kapan dia membaca dan apa yang dia ingat dalam buku saku sederhana. Catatan ini digunakan saat dia mendapat giliran menyampaikannya di depan kelompok kecil atau kelompok besar.  Siswa akan merasa optimistik dalam menyampaikan cerita ketika siswa bebas menggunakan bahasanya sendiri. Sementara jadwal dibuat siswa hanya sebagai cara mengemas kedisiplinan dalam membaca. 

Bermain di Kelompok Kecil

        Efektifitas membaca dimulai dengan menentukan jadwal tiap anak dan menyetor cerita untuk berbagi dengan teman kelompok kecil dibumbui sedikit tantangan pertanyaan yang berkaitan dengan cerita yang dibaca, lebih baik yang bukan e-book. Cerita yang lebih mudah sebagai awal akan membuat mereka bergairah. 

    Selanjutnya siswa dibagi ke dalam kelompok kecil terdiri dari 3-5 orang, diarahkan membangun konsep kelompok sendiri dengan mengangkat pemimpin beserta peraturan singkat. Tiap kelompok kecil diberikan tantangan yang berbeda begitupun siswa yang ada di dalam kelompok tersebut. Tantangan diberikan sebagai kunci penulisan materi yang akan diceritakan. Kunci kata penulisan dianggap sebagai temuan, perolehan dan keterserapan terhadap ilmu yang dibaca untuk dikaitkan dengan kunci kata tantangan lain, Jim Kwik dalam Learn how to read faster and learn better with Jim Kwik “ menyampaikan bahwauntuk menemukan, memperoleh dan mengingat kembali keterserapan bacaan dengan membaca selama 15 menit diperlukan teknik khusus 


                                                                                                                                                                                                                                                                              
                                                                                                                                                                                                                                Gambar 2 .koleksi pribadi

Kita ambil contoh melalui buku Budak Teuneung:

                         Gambar 3.koleksi perpustakaan sekolah


Bulan ini, kelas XI RPL A di SMK X akan diberikan bacaan Bahasa Sunda  Judul Buku: Budak Teuneung; di dalam buku tersebut terdapat 56 halaman, ada 8 bab yang isinya berbeda. Guru di kelas membagi kelompok kecil sesuai bab yang ada. Bila banyak siswa XI RPL A adalah 41 maka otomatis, jumlah anggota  per kelompok 5  – 6 orang. Kegiatan ini diberikan waktu sekitar 10-20 menit.



                                         Gambar 4 .koleksi perpustakaan sekolah


Dalam salah satu bab berjudul “Nandokeun Baju” jumlah 5 halaman bacaan, siswa dibagi satu orang satu halaman bacaan. Tantangan kelompok yang diberikan guru adalah ceritakan pengalaman apa yang disampaikan penulis dalam buku itu. Ditulis menggunakan gaya bahasa perorangan dengan banyak kata 25 sampai dengan 100.  Cerita disampaikan di kelompok besar setelahnya.


 Gambar 5 .koleksi perpustakaan sekolah

Tantangan per siswa diberikan guru yaitu kosakata “Nganjuk” pada bacaan di halaman pertama dengan perintah  “tolong diceritakan kembali tentang ‘nganjuk’ versi emak sebagai tokoh cerita dan tokoh ‘Warji’. Siswa menuliskan sebanyak 10 sampai dengan 25 kata dan memadukan cerita versi dia. Setelah itu, jadilah simpulan bacaan yang dimasukkan dalam Padlet, begitu seterusnya. Apabila semua anggota kelompok sudah mengisi, siswa berhasil melewati tantangan dengan baik. Harus diberikan apresiasi tentunya berupa hadiah. 

Gambar 6 .koleksi pribadi

 Nilai atau buku saku bisa jadi hadiah untuk memotivasi kemandirian dan tanggungjawab kelompok. Ada hadiah maka ada hukuman bagi yang terlambat menyetor. Hukumannya bermain game kosakata pelajaran yang berlangsung; cukup dengan game sederhana menebak kosakata kelompok lain yang ada di padlet. Jika di padlet ada kata “Emak, Warji, Ambu Ijem, Juragan Lurah, Asep Onon, Si Begu”, pertanyaan berkaitan dengan tokoh  tersebut atau mengkaitkan dengan materi yang akan dibahas.

Ini hanya bisa dikerjakan oleh satu kelompok dalam satu kali pertemuan. Tetapi kegiatan ini bisa memberikan manfaat sebagai engagement pada mata pelajaran yang diampu oleh guru; bisa juga terlepas. Siswa diharapkan tidak terbebani dengan cara ini.

Berpacu di Kelompok Besar

 


Gambar 7 .koleksi pribadi




Tiap pemimpin berpacu menceritakan apa yang telah dibaca untuk dibagikan pengalaman yang didapat sebelum, selama dan setelah membaca serta menjadikan sebuah rangkuman cerita diungkapkan dengan gaya sendiri. Kelompok lain dapat memberikan dukungan, pertanyaan atau kritikan yang gaya penyampaian interaktif bebas. Di kelas daring, mereka bisa mengirimkan emoji tentang perasaan mereka setelah menyimak cerita.

       Melalui strategi ini, padlet sebagai media pendukung membantu guru mengambil informasi kemampuan siswa dalam menuliskan, mengingat dan membaca kesimpulan cerita yang berbeda di tiap bab. Latihan ini menjadi gerakan literasi membaca dan menulis yang efektif serta menantang. Sebaliknya, guru juga dapat merekam gambaran siswa yang memiliki kesulitan membaca dan menghitung untuk dibimbing berkala.  

 

#KelasKreatif-AISEI





1 komentar:

your opinion