Mengenai Saya

Foto saya
I love writing, learning, cooking, watching some cartoon films such, sponge Bob, naruto, the legend of Aang.

Selasa, 05 Januari 2021

#Day5Jan2021AISEIWritingChallangeMenjelangSenjaMcDonaldSimpangTiga

 


McDonald Simpang Tiga

Pak Le Hadi, Byori dan Binar langsung menuju ke mobil diikuti Mahardika dan Utami. Byori meminta maaf pada Pak Le Hadi atas perlakuan ibu ke beliau. Binar hanya mendengarkan dan sekali-kali menatap lewat spion dalam ke Pak Le Hadi dan menoleh ke Byori sambil tersenyum lembut. Sesampainya pak le di rumahnya. Raisa putri sulung Syamsinar bersama dua buah hatinya mengajak Byori masuk.

    “Byori masuk dulu”

    “Mbak sudah malam. Kasian mas Binar dari tadi belum pulang ke rumahnya. Dari rumah aku nanti pasti malam”

    “Besok aku ke sini ko mbak. Jemput pak le. Pagi-pagi ya pak le.. jam 05.30 loh”

    “Iya. “ Pak le menyahut sambil tertawa kecil.

    “yuk mbak assalamu’alaikum”

Kedua anak dari Raisa mengikuti, Binar langsung tahu harus apa dengan dua bocah lucu-lucu itu. diselipkan uang kertas berwarna merah di saku kedua bocah itu sambil berbisik.

    “Engga boleh jajan sembarangan ya.” Mereka berdua mengangguk-angguk sambil tertawa-tawa.

    “bye..” salam Binar hangat pada dua anak itu. Binar yang keturunan muslim Korea Perancis lama di Canada ini, bisa berbahasa Indonesia dengan baik karena Byori membantunya mengajarkan dia.

    “Mas, yuk sudah malam. Lunar dan Cerina keburu bobo. Kamu hutang Mc D loh ma mereka. Lagian kan kamu belum makan mas; maag kamu bisa kambuh nanti” tukas Byori manja.

    “hmm. Iya. Ok. Cantik. Lets go!”

Sesampainya di Mc D. Byori langsung pesan dada ayam goreng plus salad dan Coke untuk Binar baru kemudian pesan untuk Lunar.

    “Ini mas, ma’am dulu.” Katanya

    “Kamu ko ga makan?” tanya Binar. Dengan rasa sayangnya Binar menyuapi Byori dada ayam plus kentang goreng.

    “Iya” sambil membuka mulutnya menerima suapan dari calon suaminya ini.

    “Ri.. kalau begini terus, aku ga akan bisa tidur deh. Kamu makannya telat, nanti kamu sakit. Kan kamu janji ga mau sakit lagi kayak dulu” Byori pernah jatuh sakit hepatitis karena lupa makan dan istirahat saat Binar ada di Canada karena kakeknya sakit keras di sana dan meminta Binar menikah dengan Suzanne teman masa kecilnya. Byori yang kala itu masih di Swiss menyelesaikan tugas akhir S2nya di bidang Arsitektur modern, sambil bekerja paruh waktu di sebuah perusahaan playwood sebagai furniture designer tidak pernah memberitahukan Binar tentang penyakit yang dideritanya begitupun ke ibunya. Byori menyimpan rapat riwayat penyakitnya. Diketahui pemilik apartemennya yang kebetulan menghubungi Binar tanpa sengaja saat Byori pingsan di apartemennya maka Binar tahu riwayat penyakitnya dan meminta ijin mama, papa, dan kakeknya untuk terbang ke Swiss menjenguk dan merawat Byori serta membatalkan perjodohan dengan Suzanne.

    “Iya Mas Binarku sayang.”

    “Ah... terpanah aku... pingsan niih...” Binar menggodanya

    “Lebay!” Byori terkekeh-kekeh melihat calon suaminya tersenyum manis dan menggodanya. Beberapa menit kemudian Byori sudah menenteng pesanan Lunar dan Cerina kemudian masih menghampiri Binar yang sibuk menghabiskan hidangan yang disediakan Byori.  Binar pun akhirnya selesai menyantap makanannya.

    “Mas, ada cewe cantik di Mc D. dari tadi memandangi kamu terus sepertinya ga berkedip deh dia ngeliat kamu”

    “Yang mana? Wajar sih. Aku kan Ganteng”

    “Hmm pengen tahu? Itu yang ada di dekat pintu masuk Mc D pake baju ungu. Kayaknya dia kenal kamu deh abis natapnya bener-bener ga berhenti melihatmu gitu.”

    “Are you jelous?” goda Binar

    “Ga agh.”

    “Aku aja yang diperhatiin ga nyadar ngapain kamu pikirin Ri..”

    “So what?? We are going to get married soon. Ngapain kamu mikirin pandangan orang lain. Just focus on me and surround us honey” candanya santai

     “Well, it’s not the time we are going crazy for that fake things, right.; thank you, you are my inspiration” Byori mengatakan sambil menatap lembut pada calon suaminya, yang direspond dengan hangat dan senyuman manis penuh semangat.

    “Yes, my dear wife.”

    “Belum igh..buru-buru aja”

    “Ga tahan cuy..”

    “Lebay banget siih!”

    “Mumpung ga ada siapa-siapa, jadi puasin deh. Ya istriku”

     “Cubit niih...”

     “Boleh, setuju banget... dimana di sini atau di sini” tunjuk Binar ke dada atau perutnya.

     “Mana aja!!”

     “Niih..” sambil mencibirkan bibirnya aja.

     “Eits.. no .. no..” tawa Byori yang renyah membuat Binar semakin terpukau. Tidak sadar, mereka telah sampai di gerbang rumah kontrakan Byori,

     “Ri, aku mau ngomong serius beneran deh, bolehkan?”

     “Boleh” sambil menatap Binar dengan pandangan mencari tahu apa yang tersembunyi di dalam diri calon suaminya ini. Dia mengatakan Binar calon suaminya meskipun Binar tidak pernah mengungkapkan dengan kata-katanya bahwa dia akan serius. Dia pun masih sedikit khawatir karena Ghea yang ditemui di Mc D simpang tiga adalah mantan Binar yang berkali-kali mengancam Byori untuk tidak mengganggu hubungan mereka. Tapi kali ini entah kekuatan dari mana Byori bisa meyakinkan hatinya bahwa dia membutuhkan Binar lebih dari seorang sahabat baik. Dia berharap itu juga pada Binar.

     “Tapi aku masuk dulu ya kasih fried chicken dan Ice cream ke Lunar dan adiknya.” Patahnya sambil tersenyum manis, padahal di hatinya dia dag-dig dug khawatir Binar memutuskan untuk hal yang negatif. Byori menggelengkan kepala tanda ingin menghalau hal buruk dalam pikirannya dan calon suaminya. Dia pun melangkah masuk dan benar saja dia sudah ditunggu laki-laki kecil dan gadis mungil meminta ice cream. Binar memandanginya dengan penuh rasa cinta pada Byori. Binar teringat kejadian ketika dia masuk jurusan MIPA di Universitas di Jakarta, waktu itu dia tidak satupun paham bahasa di Indonesia, selalu menggunakan kamus. Papa dan mamanya terbiasa menggunakan bahasa Inggris. mamanya yang asli Baleendah dipersunting papanya yang blasteran baru tiba untuk meneliti wilayah Baleendah kala itu juga tidak membantu dia untuk mempelajari bahasa Indonesia. Tiba-tiba seorang gadis kecil mungil dengan cueknya menginjak kakinya ketika antri di loket pembelian formulir masuk universitas tersebut. Binar tersenyum mengingat hal itu. Si perempuan kecil itu lalu mundur setelah iya bicara bahasa Inggris dan korea agak kasar. Dia menjawab dengan sopan menggunakan bahasa Inggris dengan penuh hormat dan santun. Saat Binar kesulitan mengatakan akan membeli formulir ke petugas loket dia membantu menyampaikan tentang jurusan dan bagaimana layanan itu dikerjakan. Sekali lagi, Binar tersenyum mengingat itu. Dia Byori yang sangat baik padanya mengajarkan bahasa Indoensia sesuai yang dia perlukan sehingga dia bisa fasih tanpa harus kursus lagi. Dia Byori yang mau mendengarkannya saat dia punya masalah dengan pacarnya “Ghea” yang posesif dan dia yang mampu memberikan pemahaman bahwa islam adalah agama yang mudah dimengerti dan tidak kacangan dengan segala  budayanya. Dia Byori yang mampu menenangkan hatinya ketika pacarnya “Ghea” akhirnya ketahuan lebih mengutamakan sahabatnya di banding dia dan membiarkan Binar meyakini memilih yang terbaik untuk dirinya. Dia Byori yang dengan santai membuat nya rujuk dengan “Ghea” mantannya karena  dia tidak bisa melupakannya saat itu. Dia Byori yang selalu punya waktu tanpa pamrih untuk berbagi dengan semua kalangan. Binar tidak akan sanggup membuang Byori ketika mantannya merayunya untuk  rujuk kembali setelah membalas dendam karena Binar terlalu dekat dengan Byori yang berusaha menghindarinya setelah itu. Binar kali ini menghela nafas berat dan tersenyum. Dia Byori yang menyimpan sakit hepatitisnya lantaran bekerja untuk menjadi seorang manusia di hadapan Illahi dengan bekerja paruh waktu di berbagai tempat dan hasilnya ada sebahagian dia berikan pada fakir yang ada di jalan-jalan swiss yang tidak terlihat oleh pemerintahnya dan menabung untuk keberangkatan ibunya ke tanah suci. Dia, Byori, yang mampu membuka matanya bagaimana usaha seorang manusia yang ikhlas dalam pandangan islam,

     “Aku harus melamar Byori hari ini, Aku tidak mau menunda sampai dia pergi lagi dan jatuh ke tangan orang lain. Aku ga mau lagi ketemu dengan Ghea” do’a Binar sendiri. Lalu dia keluar dari mobil dan duduk di teras. Mas Dorian berbincang-bincang dengannya cukup lama dan Mas Do pun mengangguk-angguk tanda mengerti. Kemudian Mas Dorian memanggil Byori untuk segera menemui Binar.

     “Ri, Besok kamu kerja aja. Siapin yang ibu butuhkan, nanti aku yang ke ibu sekalian jenguk bulek Syam. Kebetulan aku kerjanya agak siangan. Sorenya nanti kita barengan aja ke rumah sakit ya. Oke. Bin.. aku tinggal dulu ya?”

     “Mas Aku janji ma Pakle Hadi Jam 5.30 loh..” sahut Byori.

     “Iya, aku kan udah telp Pak le, Ri.. emangnya kamu aja yang mau dapet pahala? kuncung kamu” sapanya terkekeh-kekeh.

     “Ihss..iya dong aku harus banyak pahala, biar bisa Bapak senang. Wewwww..” Byori menggoda kakaknya dengan mencibirkan bibirnya.

     “uhhhg...” cubit Binar sayang ke mulut Byori yang melancip habis mencibir.

     “Ihh.. mas Binar “

     “Mas tadi bilang mau bicara, ini udah jam 9 loh mas. Kamu besok masuk jam berapa? 8 kan. Terlambat gimana?” Binar terdiam dan menatap Byori pada matanya.

     “Kenapa mas ko menatap ku seperti itu?”

     “Ri.. enak ya kalau aku lagsung pulang dan tidur di sini.” Tiba-tiba dering telp mengganggu percakapan mereka. Mama Binar menelpon Byori.

     “Mas, mama telpon” bentar ya. 

     “Ya, ma.. “

     “Ri, Binar belum sampai rumah, ada di rumahmu ndak nak?”

     “Ada ma, ini lagi ma Ri di sini.” Langsung Byori menyorongkan telpon ke Binar untuk segera diterima.

     “Iya.. ma, ada apa?”

     “Jam berapa kamu mau pulang nak?”

     “Ma kayaknya Binar nginep di rumah Ri aja ya. Bulek nya Ri sakit aku tadi ke sana dulu. Aku takut di jalan ada apa-apa ma. Akunya ngantuk bener sekarang.”

     “Iya besok pagi-pagi kamu pulang ya. Malu dunk sayang kan belum sah”

     “iya mama ku sayang, udah ya see you mama salam untuk papa” Byori yang sejak tadi berada di samping Binar dan mendengarkan percakapan mereka sedikit tersipu dan bingung luar biasa. Karena dia tidak akan membiarkan calon suaminya ini sakit atau terjadi sesuatu maka dia hanya diam sambil sesekali mencuri pandang ke arah Binar saat sedang bergaining dengan mama nya.

     “Ya udah, mas sebentar aku ke belakang ya.” Dia menyiapkan air hangat untuk Binar mandi dan meminjam pakaian kakaknya. Menyiapkan kamarnya untuk Binar istirahat, sementara dia istirahat di tempat Ibunya, Suci,

     “Mas, sudah telponnya?”

     “Sudah..”

     “Mas Binar mandi dulu ya aku udah masakin air hangat untuk mandi. Baju gantinya udah di kamarku” setelah itu kita terusin ngobrolnya nanti setelah mandi dan relaks ya..” Binar langsung menyetujui dan dia sambar handuknya lalu mandi. Byori menyiapkan mie rebus hangat ditambah tahu, sayuran, chicken chops sebagai topingnya, kasih sedikit daun banwang dan bawang goreng. Byori siapkan juga saus tomat, chili dan potato crispy.

    “Woah.. what’s that, Ri?” sambil menggoyangkan rambutnya setelah keramas.Dia juga mulai comot sana sini.

    “I think you’re still hungry eventhough you got your fried chicken. Am I right, Bi?” Binar mengangguk, tersenyum dan mengambil kursi untuk duduk di depan makanan itu. 

    “You always know what I like, Ri” Binar bergumam sendiri sambil terus menatap Byori.

    “Kenapa Mas? Ada apa? Ga enak ya?

    “It’s so delicious, honey.” Sambil memakan mie nya. Byori langsung tersenyum melihat Binar begitu lahap memakannya. Byori mengambil handuk yang dipakai Binar dan menjemur di tempat yang di sediakan sambil tetap ngobrol dengan Binar.

   “Mas, tadi siang waktu aku tag layanan online dari produk terbaru di tempatku, ko bisa ya dihack gitu. Aku ngga ngerti gimana caranya membuat limited acces buat duplicaters itu, gemes deh aku mas”

   “Memang kamu masukin iklan produknya kemana?”

   “Khusus architect site lah”

   “Oh berarti persaingan kreativitas itu sepertinya Ri. Kenapa kamu engga block aja no or account nya Ri?”

   “Aku juga bingung ko engga ke detect di visualnya tapi jelas banget kalau ide tim nakash jadi dianggap yang duplicater. Sedih banget kan. Kita yang susah mencari ide eh malah kita yang dianggap duplicater” Binar menyuapi Byori mie yang dimakannya. Byori membuka mulut dan menerima suapan Binar kemudian mengambil potato chips disuapkan ke Binar.

   “Enak ya” Binar menukas sambil tersenyum dan menyuapkan sendok mie yang lain untuknya, Byori mengangguk mengiyakan.

   “Nikah dengan ku yuk sayang..”

   “Kapan?”

   “Besok, mau?”

   “Mau”

   “Bener?!” tungkas Binar tidak percaya. Byori mengangguk cepat,  Binar berteriak melanjutkan.

   “Yes!! Oh Thank God. Thank you honey, I love you so much”

   “My mom and dad will come here as soon as possible after Bu lek Syam recovers her sickness. What about that?”

   “I agree honey” ungkap Byori lembut, Binar menyambut senyuman manis Byori. Lalu Binar merengkuh pundak Byori dan memeluknya. Setelah sikat gigi, Binar masuk ke kamar Byori dan Byori pindah ke kamar Ibu Suci. Jam menunjukkan pukul 04.00 pagi. Byori bangun dengan segera. Mandi kemudian mempersiapkan nasi goreng buat semua. Bi Mirah sudah sampai untuk mengambil uang belanja warung sayuran matang. Setelah Bi Mirah diberikan uang sebesar Rp. 250.000,- , dia langsung pamit ke Byori. Suci amat percaya pada Bi Mirah yang sudah hampir 23 tahun bekerja dengan keluarga Suci. Mbak Raena dan Mas Dorian bangun bersamaan.

   “Ri, Binar jadi nginap?” Dorian bertanya ke adiknya. Lalu dia melanjutkan

   “Semalam dia minta ijin nginap, katanya dia ga enak badan, ya, mas bilang aja silahkan aja. Kamu tidur di kamar Ri nanti Ri biar pindah.” Byori terkejut dengan pernyataan kakaknya yang sama dengan apa yang dia lakukan sambil terus melanjutkan masak.

   “Iya mas, jadi. Dia bilang sama mama nya mau pulang pagi ini. Dia kerjanya kan jam 8” respon Byori.

   “ooh.., Baju ibu udah disiapin belum Ri?”

   “Belum dibungkus, mas. Mbak, maaf ya aku mau bungkusin baju ibu dulu”

   “Iya sana sebelum shubuh harus udah siap, loh”.

   “Iya mbak.” Lalu Byori menuju kamar ibu ketika dia berpapasan dengan Binar.

   “Semalam aku masuk kamarmu mas. Biar baju kamu yang itu ga kusut, aku gantung di belakang pintu ya. Sudah semprot dikit, nanti mas pulang masih tetap rapi gitu”

   “Ehmm ..mantab” katanya singkat

   “Mas udah sehat lagi?”

   “Udah sehat bener, tidur nyenyak, perut kenyang, baju tetap rapi.”

   “Kamu jadi anter Pak le atau Mas Do yang anter beliau?”

   “Mas Do, Dia kalau ga ketemu Ibu sehari bisa ngamuk-ngamuk, hahaha”

   “Udah beres belum, Ri?” teriak Dorian dari dapur.

   “Bentar lagi, Mas!” sambil menyuruh Binar ke dapur makan or cuci muka dulu. Byori sudah siap memberikan apa yang dibutuhkan ibunya dan memasukkan ke dalam kantong kain yang akan dibawa kakaknya. 


                                


2 komentar:

your opinion