Mengenai Saya

Foto saya
I love writing, learning, cooking, watching some cartoon films such, sponge Bob, naruto, the legend of Aang.

Minggu, 24 Januari 2021

#Day25Jan2021AISEIWritingChallangeAsaDalamBejana

 




Cahaya Mentari

Semburat cahaya membangunkanku dalam tidur lelap.

Langkah kaki kecil perlahan

Menggugahku untuk membuka mata

Membuka jiwa

Membuka hari

Membuka lembaran pengalaman baru.

 

“Jangan kau ingat sejarah itu”

Kata seseorang.  

Mengapa?  

Sejarah tidak perlu dan tidak bisa dibuang

 

Ayo cari

Cari ...

Cari ...

Hidup itu harus mencari

Keberkahan Allah.

Sesak dada, menempel melanglang buana

Entah dimana

Menari di atas awan impian lebih menyenangkan

Dari pada menanti harapan

Terputus di jalan cahaya.







Hujan Embun

Pagi bulan Januari,

Aku terbangun dari lelap.

Kokok ayam tetangga

Rumahku

Berteriak

“Subuh”

“Ayo, Bangun”

“Wahai Manusia!”

 

Kudengar memang

Kumandang Adzan.

Astagfirullah !!

Niatku,

Semalam setelah lelap akan bangun

Di tengah malam

Mendekatkan

Pada Illahi robbi

 

Apa daya.

Subuh menjelang, embun merapatkan titik-titik

Kesegaran pagi di ujung daun

Dan bertebar jatuh

Ke tanah yang telah digarapnya

Kemarin

 

Ku harap pagi ini

Mereka tetap mengguyur keberkahan

Di tanahku

Tanpa memandang apapun

Aku akan berlari meski hujan embun membasahiku dan tanahku

Aku kan raih sebagai ikhtiarku di muka bumi.

Asa itu tak pernah hilang dalam dada

Jika tak ada hari ini

Mungkin esok

Jika tak ada esok mungkin lusa

Begitu anganku mengembara diantara hujan embun

Dalam  

Seribu langkahku

Dan do’a-do’aku.

 

Jatinangor, 24 Januari 2021

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Diam

Kabut berselimut rintik hujan.

Tidak deras

Tidak membanjir

Tidak mengalir.

 

Ribuan umat wafat;

Tak kenal politikus,

Tak kenal sastrawan, tak kenal artis,

Tak kenal siswa

Tak kenal rakyat jelata,

Tak kenal nestapa

 

HukumNya

Tak terelakan.

Katamu kau akan tinggal seribu tahun?

Katamu kau akan mewarisi harta bapakmu?

Katamu kau akan mewarisi harta ibumu?

Katamu kau akan meraih sejuta mimpi

Katamu

Katamu

Katamu

Sejuta katamu

Dapat kau rangkai dengan bebas

HukumNya

Jika sudah waktunya semua tak ada arti

Kecuali kebaikan

Kecuali do’a-do’a yang terpanjatkan

Kecuali do’a-doa tersembunyi

Dari orang yang

Tak kau ketahui

 

HukumNya kekal;

Gunung-gunung

Berkejaran memuntahkan

Rasa

Tanah yang kau pijak

Patuh

Pada perintahNya

Air yang tenang itu;

Menarikan gelombang bahaya

Binatang berlarian

Mencari peneduh

 

Masih kah kau merasa

Hampa

Masihkah kau merasa paling berkuasa?

Masihkah kau nikmati berkahNya?

 

Bersyukurlah..

Bersyukurlah...

Bersyukurlah....

Engkau bukan dianggap kuat olehnya

Tetapi Engkau belum siap

Jalani hidup akhiratNya

Diam

Dalam diam

Diam dalam diam

Diam dan diam dalam tiap diam

Adalah renungan berarti;

Matamu,

Hatimu,

Lakumu,

Gambarkan maksud hatimu melihat

Semua...

 

Semua milikNya

Tak terelakan

Serahkan jiwamu,

Ragamu,

Tangismu,

Asamu,

Do’amu,

Senyummu,

Hanya UntukNya.

 

Jatinangor, 24 Januari 2021

 

Asa Dalam Bejana

Kata dia

“Nanti, Kau akan kubelikan rumah”

Kata dia

“Rumah mana saja yang kau pilih

Ambillah untukmu”

 

Terlunasi hutangmu padaku

Dengan mencicil

Kataku

“Tak apa; dia belum berizki

Kali ini”

 

Sekedar janji untukku

Tak apa, semua pasti sudah menjadi kebaikan

Untuknya.

 

Dia menutup gagang telpon

Ketikaku coba hubungi

Orang yang kucinta

Kata dia

“Tak ada warisnya untukmu lagi”

Kataku

“Ya, kumengerti.”

Kata dia

“Tak usah kau datang lagi”

Kataku

“Orang yang kucinta tak kan lupa meski engkau menutupi

Deritaku tak boleh jumpa padanya”

Aku tahu; tak ada harta dalam genggamku,

Aku tahu; tak ada maklumat dalam katanya,

Aku tahu; tak ada waktuku menghampiri beliau,

Yang kucinta...

Aku tahu; janjiku padanya untuk merawat putranya

Bukan janji padamu, tapi pada TuhanKu

 

Biarlah

Asa ini menyebrangi awan dan lautan mimpi

Demi bertemu orang yang kucinta

 

Biarlah

Asa ini melarung pada bejana hati

Di hari-hari berkabungku

 

Biarlah

Asa ini Cuma kupanjat sebagai do’aku

Untukmu dan beliau semua

 

Biarlah

Asa ini mampir dalam gelombang fatamorgana

Di gurun kesedihan

Biarlah

Asa ini menyatukan sabar

Tuk sematkan kebajikan bersama.

Mungkin ini

Yang harus kulewati

 

Mungkin ini

Nikmatnya berjuang meniti cerahnya

surgaMu

 

Mungkin ini tarung sebenarnya

Pada ego

 

Mungkin ini didikan Illahi untuk capai

Jalan lurusNya.

 

Kusampaikan rasa maafku

Padamu

Jikaku

Tak beri khabar

Karena ku

Tak ingin beliau tahu

Deritaku;

Kutitip salam rindu padamu.

Jainangor, Minggu 24 Januari 2021

 

 

 

Lari sana, lari sini

Cari sana, cari sini

 Terbang sana, terbang sini

   Renang sana, renang sini

Tenggelam sana, menyelam ke sini

             Terangkut, terantuk

                 Tersungkur, terjerembab

Mencari 1 dollar

Seperti mencari jarum dalam jerami

                Keliling dengan gerobak es

                “DOGER..”

                “DOGER ..”

                        Di siang saat gerimis terhenti.

Keliling dengan gerobak buku

Di dalam awan listrik

        Yang tergambar lewat khayal

Keliling dengan wajan dan spatula

Goreng seafood, goreng pete,

Goreng sayur, goreng babat

Goreng

Goreng

Asa

Dalam tabung

        Raih 1 dolar; berhari-hari didapat

        Jumlahku merambat

        Memahat

                Kuingin bayar lunas

                 Sametan sebelum hembus akhir nafas

Kutakut cambukMu melukai Ibuku

Ayahku,

Mertuaku,

Kakakku,

Adikku,

 

Perjalanan kaki sudah capai 6000 tapak

Tak mampu bertahan

Menatap   

        Gemuruh emosi dan erosi sikap yang

        Realis;

        Tanpa malu bergayut di benak dan kepala

        Bahkan jadi pedoman sebagian orang.

Yakinlah

Allah lebih berkuasa

Memberikan tempat dan sejuta

Jawab

Dari asa yang terbang kian kemari

Menutupi nasib baik hidup

 

 

Jatinangor 24 Januari 2021

 


3 komentar:

  1. Kalau ide dituangkan dalam kanvas, jadilah lukisan patidusa. Atau mungkin crrpen. Bahkan novel. Patidusa ini keren. Dikembangkan sedikit jadi cerpen. Selamat berkarya bund..

    BalasHapus

your opinion