PEMUDA...
YUK, TUNJUKAN KARYA
TERBAIKMU!
Oleh
Diah Trisnamayanti, S.S.
Assalamu’alaikum,
Salam
Guru Penggerak, Salam Literasi.
Namaku
Diah Trisnamayanti, pengajar Bahasa Inggris yang sudah mengajar kurang lebih 10
tahun di SMKS MedikaCom Kota Bandung -
Jawa Barat. “Sudah layakkah aku menjadi
guru penggerak Indonesia?”
PEMUDA.. YUK, TUNJUKAN KARYAMU!
Bangsa
Indonesia adalah bangasa yang besar tidak hanya terlihat pada kepulauan yang
dimiliki, kekayaan bahkan penduduknya. Pemuda-pemudi Indonesia adalah Pemuda yang
besar melalui cara berpikirnya.
Masih
ingatkah semboyan Ki Hajar Dewantoro “Ing
Ngarso sun tulodo, Ing Madya Mangun kerso, Tut Wuri Hadayani”?
ING
NGARSO SUN TULODO
Guru
sebagai suri-tauladan bagi muridnya. Dia harus terdepan dan memberi contoh
tentang perilaku, perkataan dan pola berpikir.
Medan
perangku sebagai guru adalah kelas. Murid-muridku ku anggap sebagai prajurit
yang harus maju ke garis depan; sudah pasti mereka harus dibekali strategi yang
mumpuni dalam peperangan melawan perilaku negatif, perkataan tidak baik, dan
pemikiran tak terlihat yang akan menghancurkan mereka dan bangsa besar ini.
Oleh
karena itu, aku harus memberitahukan kepada mereka bagaimana mereka melangkah,
bagaimana mereka bersikap, berperilaku, berbudaya, serta mengambil kesempatan
untuk masa depan mereka yang lebih baik.
Aku
terus belajar agar mampu mengungkapkan strategi yang mudah diserap bagi
kebaikan anak-anakku di masa depan. Trik menghadapi kehidupan dengan sesama
jenis, lawan jenis, proses berumahtangga baik dalam mengambil keputusan maupun
bekerja sama antar anggota keluarga, sampai pada sikap bekerja dan memecahkan
persoalan pekerjaan harus terkait pada kepercayaan yang dianut.
Seperti
telah diketahui, guru harus berkolaborasi dengan sesama teman sejawat, siswa
dan orang tua,
Aku
teringat setahun lalu ketika awal pandemi berlangsung. Siswa-siswaku yang
semula ceria dan penuh semangat, tiba-tiba berubah. Aku panik menghadapi ini.
Jelas
sejak itu, aku mondar-mandir ruang Bimbingan Konseling. Bukan aku yang stress, tapi aku tidak tahu bagaimana
menghadapi persoalan yang setipe ini.
Uniknya,
Guru bimbingan konseling di SMKS
Medikacom, lima tahun silam, dia
masih sebagai siswa ku di kelas. Saat ini dia adalah rekan kerjaku. Namanya
Irfa’u Fatkiani Azzahri, S.Ag. Dia belajar di j
urusan Rekayasa Perangkat Lunak,
SMK MedikaCom. Melanjutkan kuliah di UIN Sunan Gunung Djati jurusan Bimbingan
dan Konseling selain passion, dia
juga perduli pada adik kelasnya. Dia ingin memperbaiki dan meningkatkan nilai
pembelajaran bagi murid SMK.
Kita
berdiskusi banyak hal. Aku membantunya mengurai benang merah siswa yang
memiliki masalah komunikasi interpersonal,
sebaliknya dia juga banyak membantu dengan teori-teori dasar pembimbingan yang
terbaru. Mengapa aku harus membantunya ditengah kesibukanku mengajar? Murid
bukan seonggok daging segar yang diberi hati, jantung dan otak yang harus
dijejali ilmu rekayasa manusia; tetapi dia diciptakan untuk merasakan, melihat,
menimbang, menguatkan agar mampu bertahan dalam kehidupan yang diberikan Tuhan
padanya. Jika Irfa’u harus bekerja sendirian menghadapi ribuan siswa di
sekolahku yang memiliki rasa yang berbeda, maka aku adalah guru yang tidak
punya hati nurani.
Gambar murid random kesulitan belajar Daring
Aksi
kita di masa pandemi memanggil random
murid bermasalah dalam belajar daring;
dikumpulkan, diberikan kertas untuk menggambarkan mind mapping kehidupan dan pendidikan mereka. Ini berguna untuk
mengidentifikasi permasalahan mereka. Setelah mendapatkan, kita membagi tugas
untuk menggali lebih dalam kesulitan belajar daring di rumah versi orang tua. Ibu Irfa’u menginformasikan
permasalah yang dialami ke pihak pengelola sekolah. Sementara aku mengajak guru
yang perduli dengan muridnya untuk bersama menjalankan pola interview yang tidak formal alias sambil
mengobrol dengan orang tua murid. Ternyata masih banyak guru yang perduli. Ada
yang dapat menyelesaikan persoalannya, meskipun masih ada juga orang tuanya
yang tidak perduli. Biasanya kita selesaikan dengan cara home visit.
Cerita
berbeda ketika aku berkolaborasi dengan teman-teman guru bahasa Inggris.
Kebetulan aku ditunjuk sekolah sebagai Guru Koordinator Mata Pelajaran Bahasa
Inggris. Jumlah guru bahasa Inggris di sekolahku hanya empat orang untuk tujuh
program kejuruan yang dibuka satu diantaranya laki-laki. Satu sama lain
berusaha membantu dan mendukung yang lain bila ada masalah terjadi.
Hebatnya,
mereka justru yang meminta diadakannya kegiatan yang berhubungan dengan olah
karya dalam bentuk try out: peer teaching,
sebelum kita terjun ke kelas, kita menguji coba dengan sesama teman. Dari kegiatan
ini, banyak sekali yang kami praktikan di dalam kelas. Kami saling berbagi tip
dan trik dalam mengatur kelas dan mengendalikan digital tools. Begitupun kemampuan komunikasi langsung, dengan siswa dan
teman.
Gambar
Peer Teaching MGMP Bahasa Inggris SMK
MedikaCom
TUT WURY HANDAYANI
Aku
senang mendukung teman-temanku yang mengikuti lomba bersama anak-anak didiknya,
mendukung bagaimana mereka mengolah karsa baik dalam pelatihan atau kegiatan
khusus penerimaan tamu. Karena dengan begitu teman-temanku bertambah wawasan
dan kemampuan mengelola diri, kelas dan orang lain.
Ada
yang mengikuti kegiatan Webinar pendidikan bersama dengan WISE Organization
yang bermarkas di Uni Emirat Arab, atau World Class School yang bermarkas di
negara Amerika Serikat. Bahkan kita masuk ke VLC Indonesia wadah bagi guru
bahasa Inggris untuk melancarkan speaking dengan menggunakan critical thinking.
Nama
Lengkap : Diah Trisnamayanti, S.S.
Email : diahtrisnamayanti@gmail.com
No. Tlp : 0812 1481 1115