BERCENGKRAMA
SAMBIL
MELAKSANAKAN GERAKAN KEBERSIHAN
Sesuatu yang
tidak terlupakan di balik foto ini adalah kita tergabung dalam kegiatan
kebersihan Kota Bandung; saat itu, Pak Ridwan Kamil belum menjadi Gubernur.
Siswa-siswaku yang ini ada yang kuliah, ada yang bekerja, ada juga yang sudah
wafat. Sedih jika mengenang siswaku yang sholeh, pinter, bageur wafat
mendahului ku.
Hidup
terus berlangsung. Selama Allah masih mengijinkanku bernafas, insya allah
dilakukan sesuai jalannya. Ada temanku yang juga sudah tidak mengajar lagi
karena harus mengurus dua orang anaknya dan sempat tinggal sementara di Jepang.
Temanku
yang lain, seorang guru biologi saat itu usia kandungannya menuju ke 8 bulan. Sempat
pucat wajahnya saat harus berjalan jauh sambil mengawasi anak-anak. Betapa besar
tanggungjawabnya sebagai guru untuk anak-anak yang mengikuti kegiatan ini. Beliau kebetulan menjabat sebagai guru
koordinator PLH waktu itu yang juga bertanggungjawab pada penghijauan di
sekolah. Saya hanya sebagai penggembira dari siswa-siswa yang dibawa sebagian
besar anak-anak asuhan saya di kelas. Ibu Sri Suhartini, teman yang selalu
membantu guru muda belajar dan bekerja dalam kondisi apapun; beliau tidak hanya
mengajar PLH tetapi juga guru Kewirausahaan yang bijak.
Pelaksanaan
kebersihan alias menyapu jalanan, positifnya sebagai pengetahuan seberapa
lelahnya menjadi seorang penyapu jalanan bila orang-orang seenaknya membuang
sampah. Padahal dalam islam pun diajarkan bahwa kebersihan sebagian dari iman. Tetapi belum dipraktikan dengan baik.
Bicara soal sampah, berarti bicara
tentang kebiasaan membuang hal tidak berguna (sstt.. sampah rumah tangga sangat
berguna untuk kompos loh..) Seorang pemulung bisa kaya karena sampah. Saya dan
Ibu Sri Suhartini sempat punya ide membuat sekolah pengolahan sampah. Kita urung
melakukan karena ternyata kita tidak cukup tegar jika harus membuat sebuah
sekolah. Perlu ekstra tenaga dan pemikiran agar jalannya menjadi lurus,
jujurnya bukan ini juga siih. Khawatir itu pasti ada. Apa ke khawatirannya? Tidak
punya murid. Mana ada siswa yang mau kotor-kotor atau dekat-dekat dengan
sampah. Sementara di Surabaya Bu Risma
sudah membuat mesin penghancur sampah agar kotanya bersih. Bandung belum memiliki, jika ada sekolah pembuat mesin sampah seperti di Surabaya; penyapu jalan masih tetap ada atau tidak ya?
Mindset
anak-anak muda saat ini "tidak" seperti jaman Prof. Eko begitu kata Prof Eko di Youtube
Ekoji channel: (Sesi 66) Bagaimana mengembangkan bahan ajar yang tepat?, saat
ini mereka hanya ingin menjalani pembelajaran yang enak-enak (tempat, makanan: jajanan, sampai media belajar); kerja juga maunya yang mudah tetapi gaji besar.
Siapa yang tidak tertarik?
“Tetapi ada gitu pengusaha yang mau
membayar karyawannya dengan gaji besar dan dia bekerja seenaknya?” saya sempat
bertanya pada mereka saat itu. Jawaban seorang siswa“ bisa aja bu, kan; perusahaan bapak saya bu?”
“Memang bapakmu usaha apa?” tanya saya lagi
“Jualan di pasar bu”
“Bagus”
“kamu mau kembangkan jongkomu jadi seperti usaha bapak kamu? Lanjutku
“enggak lah bu”
“Lah, kalo di pasar. Susah dapat cewe
cantik bu”
“Eh. Itu geura. Naha ujug-ujug ka
cewe?”
“Da pasar mah kotor, ledrek bu.”
“ya, kan kamu tidak harus ke
pasarnya, kamu nanti mempekerjakan orang.”
“Sekarang mah seneng-seneng weeh heula bu.”
Teman-teman dan saya hanya bisa tersenyum melihatnya. Bocah-bocah ini, dia tidak tahu hidup itu perlu perjuangan.
Kids jaman now..😔
BalasHapusBetul bu
HapusMantap Bu...
BalasHapusTerimakasih pak
HapusKegiatan postip dan menginspirasi
BalasHapusInsya Allah
HapusBagus buk.. Lanjut... Supaya tertanan pd siswa2 kita u mnghargai suatu pekerjaan n mncinyai lingkungan..jg
BalasHapusBenar bu
BalasHapus