Di Rumah Sakit
“Permisi,
Suster. Pasien dengan nama Syamsinar di ruang berapa ya sus kalau boleh tahu?”
“3401” “ Dari sini lurus saja
dan di sebelah kiri itu kamar 3401”
“Ok
sus. Terimakasih ya”
Saat baru melangkah beberapa saat Pak Lek Hadi
keluar dari kamar 3401.
“Mana
Syamsinar, De?” cekat Suci mengagetkan Hadi.
“Di
dalam mbak sedang ditunggu Mahardika dan
Utami; saya cek dokter dulu ya mbak”
“oh ya..” kemudian Suci membisikkan ke Byori
“Bantu ya pak Le Hadi”
Byori langsung mendampingi pak Le Hadi ke dokter
bersama Binar di sisinya. Sementara Suci
langsung masuk ke kamar.
“Kenapa
tho Nar..., Kambuh lagi?”
“Iya
mbak.”
. “Kapan
kamu check up?”
“Baru
bulan lalu.”
“Gimana
hasilnya” tanya Suci dan memberikan minuman yang sempat dia buatkan, saat menunggu Byori
menjelaskan ke Binar.
“Sepertinya ring jantungnya longgar mbak. Jadi 3 hari lagi aku
dijadwalkan operasi ring lagi mbak.”
“Ya
sudah, lakukan saja yang terbaik”
“Tapi
aku bingung lho mbak. Padri, anak bungsuku, mau ujian butuh biaya, mas Hadi
tabungannya sudah terpakai untuk operasiku ini.”
“Berapa
sih Padri harus bayaran, de?”
“Kurang
lebih 3 juta lagi”
“Iya
kamu g usah pikirin” tukas Suci
“Kamu
banyak berserah diri ke Allah dan jalani operasimu dengan tenang, Ok” Tiba-tiba
Hadi masuk sambil membawa kertas jadwal operasi.dan foto Rongent Torax Suci.
“Di
Torax juga de?”
“Ga tau
tuh mbak. Pas masuk sore kemarin diminta untuk foto Rontgent gitu. Ya kita
ikutin aja” Suci mengangguk-anggukkan kepalanya dan senyum.
“De
Hadi. Ini untuk bayar Padri ujian” Suci to the point bicara ke Adik iparnya
itu. Tabunganmu jangan dipakai. Biaya rontgent dan yang lain, jadi
tanggungjawab ku.
“Ga
usah mbak. Aku ga mau ngerepotin”
“Kapan
aku pernah bantu kamu de. Kamu saja yang selalu bantu aku. Jadi sekarang
giliran aku bantu kamu. Ini rizki dari Allah. Biarkan aku bantu kamu. ya” Byori
dan Binar mendampingi Suci dengan telaten.
“De
Hadi, aku yang bermalam sekarang. De Hadi pulang dulu. Besok pagi-pagi ke sini
untuk urusi semua pembiayaan agar waktu operasinya ga ditunda-tunda lagi, ya.”
“Binar
kamu anter Byori pulang ya.. nak. Maafkan ibu ya nak, sudah menyusahkan kamu;
kalau ndak keberatan anterkan pak Le” sambil mengelus punggung Binar. Syamsinar
dan Hadi tak bisa berkata-kata dengan semua tindakan Suci. Mereka pasrah karena
memang kakaknya ini orang yang amat perhatian cenderung protektif.
“Itu
tugas Binar untuk jagain Byori, bu” senyumnya.
“Ri,
besok kamu kerja kan? Setelah pulang bawain ibu baju ya. Daster yang di kamar
ibu warna merah dengan baju daleman nya sekalian plus selimut; Binar ndak usah
anter besok ya mas. Kamu pasti cape.”
“Iya
bu.” Byori dan Binar menjawab bersamaan karena kalau dijawab yang berbeda pasti
Suci akan terus berbicara dan menasehati sampai 2-3 jam. Mereka berdua sudah
mengetahuinya dengan pasti. Lalu mereka pamit.
#30hariAISEIbercerita
#AISEIWritingChallenge
#100katabercerita
#pendidikbercerita
#warisanAISEI
#KomunitasSejutaGuruNgeblog
#AISEIInsiraAction
#KelasKreatif
#KOGTIK
#KomunitasSejutaGuruNgeblog(KGSN)
#OktoberImpian
Lanjutkan
BalasHapusSiap.. hihi
HapusWah penasaran episode selanjutnya
BalasHapusHihi, thank you mbak e
HapusSiap nyimak...
BalasHapusMonggo mas Fathur
Hapusnovel karya hebat ini, bikin jempol berdiri.
BalasHapusJangan jempol satu pak, 2 juga boleh, terimakasih ya pak. 👍👍
Hapus