HANGATNYA BERSAUDARA
“Pasti
supirnya lagi sedeng.. ya mbak? Kalau Tedi di sana, pengen dihajar da!”
Ceplosnya, yang didengar oleh Hari. Hari tersenyum. Mirna meringis kesakitan
sambil mengibas-ibaskan tangannya sambil mengatakan
“Udah, Teteh ga papa juga kali.
Terimakasih ya de..”
“Pak, udah pada makan belum?” tanya
Mirna pada Bapaknya dan Sandhy digendong langsung oleh Hari, tetapi Sandhya
meronta ingin ke ibunya. Mirna dan adik-adiknya saling membahu untuk menyipakan
makan malam.
Ayahnya tadi meminta Heru untuk
membelikan martabak Asin dan manis untuk dimakan sama-sama malam itu. Terlihat
wajah bahagia melihat semua anak, mantu dan cucunya berkumpul setelah ditinggal
istri tercintanya, baru kali itu lagi mereka berkumpul. Pada hal rumah Mirna hanya 800 meter saja.
Ayah Mirna Hanya bersyukur saja. Pandemi membuat mereka berkumpul kembali.
Senyumnya terus berkembang, meski sebelumnya dia sempay mendengar dari Heru
adik Mirna kalau rumah tangga anak sulungnya sedang mengalami gelombang kecil
kehidupan rumah tangga. Setelah makan malam, Mirna dan adik-adik perempuannya
membantu membersihkan dan merapikan meja makan dan dapur, semntara iru Heru dan
Tedi asyik bermain game dengan ponakannya dengan komputer kakaknya. Sementara
Ayah Mirna dan Menantunya Hari duduk di teras rumah ayah Mirna yang sederhana.
“Har.. kamu sudah bertandang ke
rumah mama dan papa kamu di Purworejo? Bagaimana khabar mereka dan adik-adikmu
di sana?” tanya Ayah Mirna.
“Belum pak. Tapi kita masih komunikasi
lewat gawai ko pak”
“Ya, syukur. Alhamdulillah. Pekerjaan
kamu baik-baik?” tanyanya lagi
“Alhamdulillah, Pak. Kemarin
ditawarin jadi manajer bengkel. Saya belum jawab. Keburu ada salah paham sama
Mirna pak.”
“Ooh.. kalau itu baik jalanin aja
dulu. Itu kan peningkatan karir kamu”
“Saya khawatir Mirna tidak setuju
karena yang punya Bengkel yang dicurigai Mirna, pak. Sepertinya ada yang sangat
berharap dengan posisi itu dari pada saya.”
“Laki-laki itu jiwanya, harus
tangguh. Kalau ada persaingan, itu biasa. Kehidupan memang seperti itu. Betul,
Istri itu pendapatnya perlu didengar. Ketika kalian memutuskan bersama kalian
harus paham satu dengan yang lain dalam mengambil keputusan. Diskusikan saja. Kalau
tidak pasti seperti itu terus.”
Jelasnya.” Hari mengangguk-angguk
tanda setuju.
“Hari ingin bicara memang pak. Tidak
hanya dengan Mirna, dengan bapak juga. Apa yang semestinya Hari ambil. Ada dua
tawaran, satu yang dengan Ibu Riana; satu lagi agak jauh, pak. Mirna belum
tahu. Ini mah jadi Kepala Bengkel. Stara dengan Manajer juga sih, pak.”
“Dimana?” lanjut pak Rahmat Ingin
tahu. Belum sempat Hari menjawab, Sandhya datang sambil menangis..
“huhuhuhuh... ayah.. mang Tedi,
engga mau gantian mainnya ama bibi Uci. Aku, mau main boneka ma bibi Ucan ..
terusss sama bibi Ian.. ughhhuuhh” akting menangis yang luar biasa dari seorang
anak TK Nol kecil.
“iya... iya.. Tedii.. “ teriak Pak Rahmat memanggil anaknya
yang ke tiga.
“Hii.... sini Sandhya.. yuk main
ma Bibi Ucan. Mang Tedi udahan da..” jelas Tedi di depan bapak dan kakak
Iparnya Hari, sambil mengajak masuk Sandhya dan tertawa bahagia karena candanya
berhasil.
“Enggak mau.. hhuuhuhuh.. mang
Tedi nakal..”
“Kenapa nak.. sini masuk sama
bunda yuk.. “ Bujuk Mirna pada anaknya dan mengedipkan mata ke arah Tedi. Tedi
terus tersenyum melihat keponakannya.
“Aku enggak mau main sama mang
Tedi. Sama Mang Heru aja. Bunda mang Tedi mah banyak setannya. Suka gangguin
aku aja..” semua yang mendengar tertawa, termasuk Hari. Mirna berhasil membujuk
anaknya dan mereka meninggalkan Hari dan pak Rahmat yang sedang diskusi.
“Teh, Urang teu ngarti maksud
soal iyeu euy..” Tanya Heru ke kakaknya
yang telah berada di ruang tamu.
“Soal apa emangnya de?”
“Algor teh.. mau dimasukin ke
presentasi yang tadi siang dikerjain teh..”
“Oh.. kamu kerjakan dulu semampu
kamu, de. Nanti teteh lihat hasilnya” Heru mengangguk-angguk. Secepat-cepatnya
dia berusaha mengerjakan dengan komputer Mirna.
“Teh,
Heru bikinnya seperti ini.. benar atau engga?” ujarnya setealah beberapa menit
mengerjakan sambil menunjukkan pekerjaannya pada Mirna. Kemudian memberikan
bentuk-bentuk pemikirannya tentang usaha ayahnya, Pak Rahmat, dengan alur Use case nya.
“Nah, yang ini mah.. class program nya
teh..; kira-kira menurut teteh nyambung atau engga?” jelas nya lagi yang di
perhatikan Mirna sambil membiarkan Sandhya berada di antara lutunya yang
memangku bocah kecil imut ini.
“Kalau
yang ini, kamu menjalaskannya apa?” tanya Mirna kemudian. Dia melihat materi
presentasi adiknya bagian Use case dan Class programnya sudah cukup memadai
saat dia presentasi di kelasnya nanti. Dia juga berharap dapat membantu
mengarahkan adiknya saat presentasi berlangsung. Maka dia ajukan beberapa
pertanyaan tambahan yang berhubungan dengan Use
Case, Class Program dan Communication Diagram
“Apa itu Use case de? Dan untuk apa Use
Case itu dipakai dalam program kamu?”
tanyanya. Adiknya sedikit tertegun sesaat, kemudian matanya berbinar sambil
menjawab
“Menurut Jacobson, Use case diagram
itu adalah gambaran yang merepresentasikan hubungan interaksi antara sistem dan
lingkungannya sebagai sebuah teknik penemuan kebutuhan perangkat lunak dengan
metode pendekatan berbasis objek. Tujuan digunakan Use Case dalam program aku, Objek yang mau aku sampaikan adalah
program data barang di usaha Toko kelontong Bapak Rahmat. Tampilan program itu
memerlukan obyek untuk menggambarkan cara kerja ketika kita mengetikan barang
a, b, c yang ada di toko kelontong Pak Rahmat. Stok yang kurang”
“Mamang kenapa, mamang jawab-jawab unda. Kan
unda teh bukan ibu guru mamang?” dijawab Heru dengan senyum dan cium gemes ke
Sandhya sebelum Mirna jawab.
“Teteh,
Aku dong.” Kata Susan meminta perhatian Kakaknya juga.
“Iya; mana San? Pelajaran Apa?”
“IPS Teh.. Apa yang dinamakan Interaksi
sosial?”
“Interaksi sosial mah, Susan bicara
dengan teteh, dengan aa Heru dengan Pa Anom, dengan Bu Bedah, ibu Betty wali
kelas Susan; artinya susan sudah melakukan interaksi sosial.”
“ Kok jawaban di penjelasan ibu guru aku mah
ini teteh; tiap bangsa memiliki budaya yang berbeda dengan negara lain. Penyatuan
perbedaan disebut integrasi”
“Mana
lihat soalnya. Ohh.. Itu mah bukan Interaksi sosial. Tapi Integrasi sosial”
“Itu hubungannya dengan interaksi juga de
San..; Susan, Aa Tedi, Aa Heru dengan De Raina, sama Teteh beda engga orang
nya? ’”
“Beda”
“Bapak dan Ibu dulu kalau ada masalah
kita diajak apa?”
“Ngumpul Teh” Sahut Tedi
“Iya aku juga inget da.. Teteh di sini
dudknya, Aa di sana , teteg Susan jagain aku” celoteh Raina menjelaskan. Dilanjutkan
senyum oleh semuanya dan Mirna melanjutkan penjelasannya.
“Nah, Bapak dan Ibu Alm. Sedang membuat
kesepakatan untuk Integrasi sosial adiku sayang..” jelas Mirna pada adiknya
sambil mengelus rambut Susan yang panjang sebahu. Dan mengajak bercanda
Sandhya. Sandhya merasa geli di kilikitik Ibunya. Betapa cerianya canda dan
hubungan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
your opinion