MATI KUTU, TERJEBAK RUTINITAS
Mirna
pusing tujuh keliling karena harus membagi waktu antara mengajar, mendidik
anaknya di rumah dan rutinitas pekerjaan di manajemen sekolah.
“Pengen hiking
deh, Ayah” ungkap Mirna suatu saat pada suaminya
“Kenapa memangnya, ko tiba-tiba minta
itu Bu?” tanya suaminya
“Engga apa-apa sih.., pengen aja”
Dia tidak berani berangan-angan
lebih jauh karena dia juga harus memikirkan anaknya yang sempat demam tinggi
hari itu.
Mirna mencari cara untuk mengobati
kelelahannya akhir-akhir ini. Ia sangat menyukai menjadi guru. Buatnya menjadi
seorang guru adalah sebagai sebuah kehidupan yang penuh dengan tantangan bila
kita ingin hidup di bumi Allah. Biasanya ia padamkan ruangan kamarnya dan
pejamkan mata. Tetapi kali itu tak bisa. Sia banyak memikirkan anaknya yang
menjadi sangat rewel saat dia harus pergi mengajar daring.
Akhirnya dia mengambil beberapa bahan masakan
dari kulkas berukuran yang berada
di ruang makan langsung dengan ruang tamu.
1 mie instan
1 bongkol sawi hijau
1 bongkol jamur.
2 tahu mentah
5 ceker ayam yang sudah direbus
5 buah Cabe rawit jawa,
5 buah Cabe merah keriting
1 siung bawang putih
2 siung bawang merah
1 ruas jari kencur
3 gelas air
Kemudian
dia mulai memotong-motong sayuran dan tahu dengan ukuran sebesar 1 ruas jari. Karena di rumah kontrakannya itu, dia hanya punya cobek dan mutu. Dia menggerus
cabe, bawang putih, bawang merah bersama dengan cobek dan mutu. Setelah selesai
dia menyiapkan, wajan dan cukil.
Sambil menggendong Sandyakalaning, dia
menumis bumbu dan setelah harum dia masukkan telur, diaduk rata sampai tercium
wangi telur orek, setelah itu dia memberikan seperempat gelas air sambil
memasukkan ceker ayam yang telah direbus. Kemudian bumbu dari mie instan
dimasukkan semua. Sayuran mulai dimasukkan bersama dengan tahu dan menambah air
satu gelas. Terakhir memasukkan mie yang telah direbus.
Mirna menghidangkan seblak
sehat ke dalam mangkuk. Hari amat menyukai makanan ini. Dia bilang Seblak
sehat buatan istrinya bisa bermanfaat untuk kantong seorang montir bengkel
motor ini.
Sandhyakalaning
tertidur pulas di gendongannya. Anaknya masih rewel dan kurang suka makan.
Mirna memberikan susu dan bubur sumsum agar dia punya energi. Terkadang dia
bingung menghadapi anak yang sedang tidak mau makan.
“Jika saja ibuku masih ada,
mungkinaku bisa curhat dan mendapatkan solusi dari ibu” Dia bergumam sendiri. Setelah selesai dengan
gawai di tangan, dia mencari artikel tentang anak demam sampai dengan bagaimana
mengatasi anak yang tidak mau makan.
Baru akan dibaca; alert pemebritahuan
dari penyedia layanan internet alias profider sudah memberitahukan “kuota anda masih
100MB lagi” tetapi koneksi sudah gagal sebelum sms itu terbaca, alhasil Informasi tidak bisa dicari (buffering). Kuota
data dari Kemedikbud masih ada 31 Gb tetapi hanya bisa digunakan untuk WA.
“Ya sudah, lah..” pikirnya, memang harus istirahat mungkin
“Ini mungkin saatnya Allah
mengajarkan kita untuk istirahat bagi organ tubuh: Otit tangan, mata, dan otak
agar santai sejenak” lanjut pemikirannya. Dia pun menidurkan Sandyakalaning di
tempat tidurnya. Mirna mencoba merebahkan dirinya di samping putrinya. Tetapi
mata dan pikirannya tidak bisa berhenti memikirkan kesulitan-kesulitan anak
didiknya.
Karena tidak bisa terlelap, dia
pun mengambil baju-baju yang telah dijemurnya, dia berpikir dengan cara ini dia
bisa terlepas dari rutinitas kerjanya yang padat, sebagai seorang ibu, Istri
dan pendidik. Dia terlihat ikhlas saja, meski tidak dibayar sebesar Anggota
Dewan yang mewakili rakyat “katanya” . Kalaupun mendapat rezeki dari Bantuan
Guru dan lain-lain adalah bonus yang Allah sedikan untuknya sebagai rakyat.
Pikiran Mirna terbawa ke sana-kemari saat menyetrika baju-baju keluarganya.
Setelah mencuci tangan selesai
menyetrika. Kembali dia merebahkan badannya. Tiba-tiba suaminya pulang dan
membawakan dia sepatu olah raga baru yang dibeli di pasar kaget di sekitar
rumahnya. Harganya hanya sekitar 35 sd 75 ribu rupiah. Lalu dia bertanya
“Ayah, kenapa beli sepatu ini? Kan
yang lama masih ada? Tinggal ayah lem saja sol sepatunya biar kuat jadi tidak
usah beli. Lumayan uangnya untuk beli susu Sandhiya”
“Udah ga papa. Kan itu harusnya
sudah masuk musium; kamu kan pengen Hiking. Kalau pakai sepatu sandal kau yang
sudah aus itu nanti kakimu bisa melepuh”
Mirna mengangguk-angguk mengerti
dan tersenyum bahagia dengan kejutan suaminya.
“Hikingnya nanti ya Bu, kalau
sudah tidak pandemi dan Sandhiya sembuh total”
#30hariAISEIbercerita
#AISEIWritingChallenge
#100katabercerita
#pendidikbercerita
#warisanAISEI
#KomunitasSejutaGuruNgeblog
#AISEIInsiraAction
#KelasKreatif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
your opinion