NOVEL
Rumah No 19 Jalan Melati
Sore itu nampaknya amat indah terlihat, di ufuk barat
warna mentari mulai bertemu di peraduan terlihat jelas mencerahkan dengan kilauan
cahayanya. Bungah hati Suci setelah seharian memberikan bekal bagi pemuda-pemudi
di desa Mekargalih.
“Assalamu’alaikum!” sapanya saat melangkahkan kakinya ke
rumah kontrakannya yang dipenuhi dengan furniture tua dan murah. Dia masih bersyukur,
masih bisa membayarnya setiap tahun meskipun sang suami tercinta telah meni-nggalkan
dunia saat usia Suci Suminar genap enam puluh tahun dan baru saja pensiun
sebagai seorang guru waktu itu. Sekarang sudah hampir lima tahun berselang. Dia
masih berdagang sayur matang untuk membiayai kehidupannya bersama kedua
putra-putri serta dua orang cucunya dari putra pertamanya yang tinggal bersama
dia. Sang suami tercinta tak meninggalkan warisan apapun untuk anak mereka
kecuali ilmu.
“Wa’alaikum salam” sahut Byoryta putrinya yang baru
selesai S2 jurusan Arsitektur di Swiss dan baru beberapa minggu di desa
Mekargalih.
“Bu, tadi ada telpon dari Bulek Syamsi”
“Oh ya. Apa
katanya nduk?”
“Bulek Syamsi Cuma bilang kangen aja, bu”
Syamsinar
adalah adik Suci saat dia bilang kangen pasti terjadi sesuatu sama dia. Suci
tidak berpikir panjang langsung mencari handphone dan no Syamsinar.
“De, assalam’alaikum”
“Iya mbak,” suara berat Hadi suami Syamsinar
menjawab.
“Tadi Syamsinar telpon. Ada apa de?
“Ga papa ko, mbak.”
“De Hadi, pasti terjadi sesuatu. Kalian
sehat semua? Sekarang ada di mana?”
“ Di rumah sakit mbak.”
“ lhah.. kan, Rumah sakit mana? Siapa
yang sakit?”
“Syamsinar, mbak. Jantungnya kumat
lagi. Di Rumahsakit Meditrania depok mbak?”
“Ruang berapa?”
“3401”.
“ya. Udah, aku ke sana ya. Sekarang
ditutup ya.”
“Byori...!!” teriaknya.
“Kamu bisa anter ibu ke rumah sakit
Meditrania Depok, ga nak?” teriaknya
setelah menutup gagang telpon. Dia gamit HP dimasukkan ke tas dan buku tabungan
yang dia sisihkan untuk kontrakan dan impiannya naik haji tahun depan. Byori
tergopoh-gopoh menemuinya di kamar.
“Ada apa emangnya bu?” masih terdengar
hela nafas karena lari dari halaman depan dimana warung makanan matang ibunya
sedang dia tunggui. Saat itu pula terdengar gerung mobil milik Binar, pemuda
yang selalu bersama Byori saat kuliah di Universitas Negeri sampai Byori kuliah di Swiss dari beasiswa yang
diberikan universitasnya, dia selalu membantunya. Meskipun Byori terkadang
bingung dengan status mereka ketika ditanya oleh kawan-kawannya, mereka selalu
menjawab kompak sahabat baik.
“Bulekmu sakit nduk, dia adik ibu satu-satunya;
adik ibu yang mendukung ibu saat ibu difitnah dulu, nduk. Yuk anter ibu.”
“Iya,
bu. Tuh Binar datang.” Byori menyahut penjelasan ibunya. Kakak iparnya Raena
dan keponakannya yang mengikuti Byoripun mengangguk-angguk. Byori langsung
keluar menemui Binar.
“Mas Binar, anter ibu yuk. Ibu minta aku
nemenin dia ke Rumah sakit Meditrania Depok. Mas tahu kan tempatnya?” jelas
Byori ke Binar dengan lembut
“Hmmm, yuk” senyumnya bijak dan
tangannya menjentikkan ke hidung Byori. Binar langsung balik ke mobilnya yang
mulus dan terbaru. Sementara Byori langsung ambil tas dan segala
kelengkapannya. Kemudian melangkah ke kamar ibunya.
”Tante, nanti jangan lupa ya, beliin Ice
cream di Mc D, aku pengen tante” kata Lunar merajuk. Adiknya, Cerina pun ikut-ikutan.
“Lunar.. Cerina... sini sayang, tantemu kan mau ke rumah sakit
bukan jalan-jalan.” “ Udah de Byori, ga usah didengar ponakan kamu.. “ tambah
Raena menjelaskan. Byori senyum lihat tingkah ponakan-ponakannya itu.
“mbak, aku anter ibu dulu ya. Kasih tau
mas Do. Nanti suami mu itu nanyain ke aku terus... hehehe” canda Byori sambil
menggamit tangan ibunya menuju ke mobil Binar. Binar mempersilahkan Suci duduk
di belakang sementara Byori di depan bersamanya. Suci berharap cemas saat Binar
mengantarkannya ke pintu rumah sakit dan mencarikan kamar 3041.
“Byori.. benar tidak kamarnya ini?”
tanya Binar berbisik di dekat Byori
“Namanya bukan Syamsinar. Kamu gimana?
Kasihan tuh ibu naik turun”
“Iya, kayaknya nomornya salah deh ibu
kasih taunya.”
“Ibu,
tadi ibu dengernya nomor Bulek Syamsinar berapa?”
“Kenapa memangnya nak?”
“ibu kasih tau Binar 3041. Ibu telp dulu
nak.”
“Ga usah bu. Byori aja yang cari di
informasi” sahut Byori sambil meninggalkan ibunya duduk di bangku tunggu. Binar
mendampingi Byori
#AISEIWritingChallenge
#30hariAISEIbercerita
#100katabercerita
#Pendidikbercerita
Menarik nih ceritanya. Saya tunggu lanjutannya
BalasHapusboleh donk...
HapusMenarik...
BalasHapusDitunggu kelanjutannya...
terimakasih pak. insya allah
HapusBoleh nggak sih nungguin kelanjutannya?
BalasHapusboleh nggak ya... hehehe
BalasHapusWaah.. Seru ni... D tunggu kisah selanjutnya ya...
BalasHapusTerimaksih lo mbak sudah mampir. Insya Allah.
HapusJoss. Jadi pengin berperan yang dalam cerita. pasti lebih seru
BalasHapusHahaha.. tantangan terus niiy.
Hapus