PECAH
Setelah
Heru pergi dengan Sandhya ke rumah kakek Sandhya. Hari langsung menarik tangan
Mirna dengan keras dan mirna terhempas di kursi.
“Sudah dua hari kamu ngeselin terus.” Kata Hari kesal. Mirna diam saja dan hanya
pasrah . dia sudah tidak bisa marah bahkan menangis pun sulit. Dia hanya
memikirkan bagaimana dia dan suaminya menyelsaikan dengan baik.
“Kenapa sih, kamu enggak jujur aja.”sahutnya
lagi masih dalam nada tinggi.
“Mau kamu apa?!!”
“Engga mau apa-apa aa”
“Sok.. Aa duduk dulu. Aa pengen
Mirna terbuka kan? Mirna akan lakukan, aa sudah terbuka, Mirna terima. Tetapi Mirna
juga punya keputusan, kan? Boleh Mirna merenungi semuanya di rumah Bapak?
Salah, gitu Mirna tidak bicara tentang aa yang ternyata menjalin sesuatu dengan
Riana. Mirna engga cari tahu. Mirna dikasih tahu dari Mang Ujang. Kalau aa
pikir itu baik, Mirna terima. Mirna harus mempertahankan apa? Akang sudah
terlalu jauh. Mirna yang kurang paham maksud aa selama ini.”
“Jangan ke rumah bapak. Atau kamu ,..”
“Kalau Mirna di rumah ini. Aa kan
akan merasa canggung untuk berbuat dengan orang itu.”
“Aa engga melakukan apa-apa Mirna.
Mang Ujang salah. Suami Riana minta aa untuk jadi Manajer di Bengkel dia.
Sementara Mang Ujang engga dipilih. Riana dan Suaminya bertemu di cafe dekat
sekolah kamu. Dia bicarakan semuanya. Terus, aku ajak mereka ke rumah karena Riana
beli sepatu via online nanya alamat cafe yang punya cafe engga mau kasih lah. Makanya
aku ajak ke rumah kita pakai alamat rumah kita. Sesampenya di rumah dia
langsung pake. Yang ini lupa dibawa. Kalau engga percaya tanya aja sama dia.
Suami Riana orang Brunei, dia mau bikin usaha bengkel di sini.”
“Kenapa mang Ujang bilang, begitu?”
"Mana aku tau?"
Mantap bu
BalasHapusWahhh cepat banget selesai konfliknya.... Harus nya agak digoreng lagi ceritanya... Padahal lagi seru banget,....
BalasHapusSekarang ada apa dengan Mang Ujang!!!!