SANG PENGENDARA
Setiap pagi
setelah adzan shubuh berkumandang, aku sudah bersiap diantar suami sampai ke
dekat jalan tol. Pasti ada saja, pengalaman berbeda tiap harinya. Seperti kala
itu katika aku biasa menunggu bus yang mengantar ku menuju di pinggir jalan
Cileunyi- Garut, aku sudah beberapa kali melihat pengendara unik melewatiku.
Pertama kali
melihat, saya hanya staring at (menatap) karena takjub. Ada kendaraan
bermotor; bukan bajai, bukan pula mobil. Itu hanya sebuah motor yang direkayasa
menjadi mobil seadanya. Aku mengatakan hal ini karena faktanya memang dibuild up (dirancang) sebuah motor
menjadi sebuah mobil yang hanya bisa dikendarai satu orang. Cukup unik juga,
dia selalu lewat kira-kira pukul 5 pagi. Dia, aku anggap sebagai jam yang
menentukan bus ku sudah lewat atau belum. Jika tidak bertemu dan melihat si
unik ini, artinya aku kesiangan; tetapi bila aku masih melihat si unik ini
melintas, bus ku pasti belum meninggalkanku.
Di suatu pagi,
perhatianku bukan lagi tertarik pada kendaraan unik itu, tetapi pada orang yang
mengendarainya. Secara tidak sengaja; si unik itu melintasi kelokan, dimana aku
baru saja sampai dari menyebrang jalan tol Cileunyi dan berdiri kurang lebih
2-3 menit, tiba-tiba mesin si unik ini mogok. Aku dengar sekali deriknya. Aku sedikit
memperhatikan si unik yang ternyata sebuah motor sederhana yang dibuat lebih
pendek dan diberikan bilah papan sebagai sadel tempat duduknya. Oleh karena itu,
aku hanya bisa membidiknya saat melintas.
Si unik
ternyata dikendari oleh pengendara penyandang cacat. Dia sempat melemparkan
senyum ramah kepadaku, yang ku balas dengan menganggukan kepala. Aku tak berani
menghampiri. Ketika mogok itu, beliau tidak keluar dari motornya. Beliau hanya
bergeser sedikit kemudian menarik tuas yang berada di depannya berkali-kali. Aku
menghitung sekitar 7 kali tarikkan tuasnya, si unik ini baru kembali berbunyi
dan pengendara meluncur kembali.
Tidak habis-habisnya
bibir kuucapkan kebesaran illahi; dengan segala keterbatasan pengendara. Dia
mampu merekayasa kendaraan untuk mencari nafkah, meski usia beliau tak muda
lagi. Dia mengendarai di shubuh hari, karena pasti menghindari kejaran polisi
atas kepemilikan kendaraan tanpa no seri kendaraan. Allah memberikan kecerdasan
pada manuisia untuk dimanfaatkan dalam kebaikan manusia itu sendiri.
Saat masa
pandemi ini, aku jarang melihat si unik melintas karena aku lebih sering
berangkat lebih siang. Aku berharap pengendara si unik tetap sehat dan selalu
mendapat ke berkahan dari Allah SWT.
Tidak ada
manusia yang sempurna. Kesempurnaan itu hanya milik Allah semata.
#30hariAISEIbercerita
#100katabercerita
#pendidikbercerita
Semangat yang luar biasa dari si Bpk, semoga sehat-sehat selalu. Keren Bu...
BalasHapusIya bu, semoga beliau sehat-sehat saja.
HapusMantul pa sudah yg ke 11 ya..
BalasHapusWah saya tertinggal jauh...
Semangat bu
HapusDimana pun kita berada, selalu ada pelajaran yg bisa kita ambil, keren Bu Diah...
BalasHapusBenar Bu Yuyun. Allah memberikan kita akal untuk berpikir positif terhadap segala sesuatu
Hapus