Mengenai Saya

Foto saya
I love writing, learning, cooking, watching some cartoon films such, sponge Bob, naruto, the legend of Aang.

Selasa, 16 Maret 2021

16Maret2021#AISEIWritingChallenge#CeritaKelaskuhariini#CeritaAnakkuhariini#CeritaSiswa-siswikuhariiniAnak-AnakkuTercintaDiKelasXIRPLA2019

 Jatinangor, 16 Maret 2021


ANAK-ANAKKU TERCINTA DI KELAS XI RPL A 2019

Anak Baru Gede alias ABG dewasa belum, remaja sedikit di atasnya. Itulah anak di tingkatan Sekolah Menengah, baik tu kejuruan maupun bukan. Semuanya memiliki problemnya sendiri-sendiri. Itu dialami oleh anak-anak saya di kelas XI RPL A, mereka tidak beda dengan anak yang lain di usianya. 41 orang jumlahnya. Mereka terdiri dari 34 putra dan 7 orang putri; Agam Alghifari, Agil, Angel, Aysha, Bilal, Callista, Efer, Fajar Dirga, Fajar Shiddiq, Fakhr Siddiq, Fathan, Ilham, Irvan, Irgi,  Isyaira, Idzar, Izzan, Kaka Dimas, Hasan, Alief, Daffa, Dhafin,  Hisham, Naufal, Satra Dhmas, Sulthon, Zaky, Nehemiah Stephen, Neng Yayang, Dara, Perto, Rashieka, Reynaldi, Rifqi, Rizky, Ryan, Said, Vega, Wand, Zavier, M Ramadhan Setiawan. Mereka berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Sebagai ibu di sekolah, saya kadang dibuat pusing oleh mereka. Bagaimana tidak, tubuh-tubuh yang kekar dan kuat untuk laki-laki usia remaja seperti mereka ternyata berhati lembut yang mudah tersinggung dengan sedikit kata-kata yang keras.  Semantara wajah-wajah cantik dari tujuh putri di kelas ini, sungguh memiliki hati yang rapuh.  Semua perwalian harus melihat dari berbagai aspek pembimbingan. Lumayan menguras pemikiran sebenarnya, tapi untuk putra-putri terbaik saya hanya mampu bekerja dan berdo'a agar mereka mampu berkesplorasi dengan baik

Anak-anak di kelas saya alhamdulillah cerdas. Saat ini, mereka sedang panca roba dan inilah yang  membuat gurunya terkadang bingung setengah mati. Saat mereka mogok bicara, hanya mampu menunggu dengan bingung; ada apa anak-abakku ini. Beda lagi ketika mereka butuh nilai dan ada masalah dengan guru, barulah mereka berkeluh kesah pada saya.

 Namanya juga orang tua di sekolah, hal seperti itu biasa memang sebagai sesuatu yang dilakukan seorang ibu/bapak. Maka saat bingung memuncak, Saya sampai memanggil mereka ke sekolah saat pandemi; memasukkan mereka ke kelompok “ngobrol dengan BK sekolah sambil santai”, melakukan panggilan orang tua d rumah, mengajak diskusi, dibiarkan beberapa saat agar bisa menarik nafas lega, tetapi justru makin tambah. Ya pasrah, diikuti mau mereka sampai saja, sambil diberikan masukan.

Alhamdulillah semakin ke sini anak-anak semakin tumbuh kedewasaannya. Mereka bersedia membantu ibu/bapaknya untuk memulai usaha kecil-kecilan yang tidak terduga oleh saya.

Percikan kecerdasan di bidang yang mereka suka, sedikit banyak mulai tampak semburat dalam langkah pasti mereka. Memang tidak semua, minimal mereka menyadari apa yang harus mereka lakukan buat saya, ibu di sekolahnya bangga. Mereka melakukan kesalahan manusiawi. Tetapi mereka menyadari kesadaran itu penting. Mengapa? Jelas, mereka akan menghadapi kehidupan mereka sendiri yang absurd, mereka harus tahu batasan benar dan salah, boleh dilakukan dan tidak, serta bagaimana menyiasati hidup agar bisa bertahan dalam segala persoalan.


6 komentar:

  1. Bangga sekali dengan mereka...

    BalasHapus
  2. Amat sangat pak. Saya percaya mereka akan memberikan kebanggaan bagi kedua orang tua mereka

    BalasHapus
  3. Saya belum pernah memiliki pengalaman seperti itu selain dengan anak atau adik. Di sekolah saya bersama anak-anak bercelana dan berok merah.
    Pancaroba, usia peralihan. Guru bisa "mencuri" peran orang tua dalam beberapa hal.

    BalasHapus
  4. Orang tua dan gutu sangat beroeran dakam masa pancaroba tersebut..

    BalasHapus

your opinion