Senin, 22
Juni 2021
CERITA DIBALIK SILA KEEMPAT
Pancasila
Sila Keempat Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat/kebjaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
Dalam
benak saya berjuta keanehan yang muncul. Tidak ada ide sedikit pun di sana.
Saya coba telusuri segala kegiatan yang bermakna sila keempat ini. Bukan
dicocok-cocokan sebenernya, tapi saya sedang mempelajari kembali makna terdalam
dari sila keempat ini dalam kehidupan saya atau kehidupan orang lain yang bisa
saya lihat sebagai bentuk Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat/kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan.
Pak
D. Susanto telah menyampaikan bagaimana sulitnya pemimpin atau siapa saja yang
membaca sila ini di depan umum. Di masa pandemi kali ini, segenap warga Rukun
Tetangga dan Rukun Warga di wilayah komplek tempat tinggal saya memberitahukan
untuk tdak terlalu banyak mobilitas. “Just stay at home”
Itulah
yang disampaikan seorang pemimpin di wilayah komplek saya melalui toa dan mobilnya
yang mengelilingi jalan-jalan perumahan. Di belakangnya dia mengajak jajarannya
menyemprot semua rumah-rumah kami dengan disinfektan. Kami pun tdak ada yang
banyak keluar kecuali membeli kebutuhan logistik. Pemilik-pemilik warung
dihimbau oleh ketua RW untuk menutup warungnya jam 18.00. Pantas saja ketika
saya harus membeli telur untuk nasi goreng di jam 19.00, jalan di rumah sepi
dan tak ada warung satupun yang buka. Alhasil nasi goreng tinggal kenangan,
beralih dengan mie instan lagi, mie instan lagi.. Demi mewujudkan kerakyatan
yang dipimpn oleh hikmat yang rela menahan keinginan membuat nasi goreng di
malam hari, biar besoknya saja.
Begitu
patuhnya masyarakat pada pemimpinnya karena sudah ada kejadian 27 orang yang beberapa
adalah anak-anak terpapar covid19 di wilayah kami dan 1 diantarnya harus wafat
maka mereka yang terpapar harus melaksanakan ISOMAN di rumahnya masing-masing.
Sementara warga lain, harus mengurangi mobiltas agar tracking virus bisa
terdeteksi dengan mudah. Sholat berjama’ah masih dilakukan dengan catatan,
protokol kesehatan harus dilakukan lebih ketat lagi.
Hari
ini adalah minggu kedua kami melakukan sistem disiplin mandiri untuk melawan
covid19. Kami belum tahu sampai kapan penurunan angka orang yang terpapar dapat
segera terdeteksi, semua itu harus dengan ketulusan memahami pola imun agar
satu dengan lain mewaspadai gejala yang terjadi serta jujur melaporkan pada
pemimpin terdekat untuk segera diambil keputusan terbaik bagi banyak warga
lainnya.
Alhamdulillah
pihak RW kami sigap dengan mengumumkan keluarga yang terpapar dan berpegang
erat untuk pelaksanaan kedisiplinan penyemprotan tiap jalan di perumaham serta
menutup mobilitas jalan dari komplek lain masuk ke komplek kami, agar mampu
menetapkan langkah tracking covid di wilayah kami. Semua memang bukan dari
warga kami, tetapi dari luar warga kami yang kebetulan bertemu dengan salah
satu warga kami.
Intinya
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat/kebjaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan sangat diperlukan dalam mengambil arah strategis yang akan
diberlakukan di dalam masyarakat. Masyarakat harus jujur mengungkapkan pendapatnya
baik itu negatif atau positif, kontra atau pro, perlu dikaj dan pemimpinlah
yang memilhkan untuk rakyatnya yang terbaik, menegaskan pola pelaksanaan
sebijak mungkin, menetapkan langkah strategis terbaik dengan tegas agar dapat
diikuti oleh rakyatnya. Bawahan dari pemimpn bukan hanya mengekor tapi
memberikan dukungan atas kebijakan yang diambil pemimpin. Fokusnya pemimpin
harus memikirkan cara terbaik mensejahterakan rakyatnya bukan sebaliknya.