29 April 2021
KOMITMEN AWAL BELAJAR
Saya pernah mendengar di sebuah sekolah swasta di Yogyakarta yang mengedepankan bagaimana siswa dapat perduli pada sesama. Ada seorang siswa yang lebih baik terlambat ke sekolah karena membantu seorang nenek/ siapa saja yang kesulitan di jalan harus dibantu sampai dengan melaksanakan kejujuran dalam sebuah kegiatan berjualan (berdagang)
Entah benar atau tidak, terkadang masih
ada pertanyaan di dalam hati tentang hal ini. Apakah ini bisa dianggap sebagai
kurikulum tersembunyi atau tidak?
Jika dilihat dari hasilnya, benar ini
sebagai kurikulum tersembunyi. Kok bisa? Teman-teman guru di sekolah ini ketika di tahun 2009-2010 kami bertandang menyampa
ikan bahwa mereka mengajarkan
bagaimana bersosialisasi dan berbuat baik yang paling dekat dengan kehidupan
siswa saat itu. Mereka membuat KANTIN
KEJUJURAN. Di dalamnya mereka berjualan sebagaimana mestinya dengan harga
yang telah ditentukan bersama. Guru dan siswa (OSIS) meletakkan jualan mereka
di suatu tempat yang diletakkan di satu sisi tertentu di sekolah itu. Pembeli
tidak akan dilayani langsung oleh penjual kecuali tulsan harga dan dimana harus
diletakkan uang pembayarannya. Menurut pengelola di sana, hampir semua siswa
memahami aturan yang berlaku di kantin kejujuran ini sehingga nilai kecurangan berkisar
2 sampai dengan 20 %. Kecurangan tersebut pernah terjadi ketika siswa perantau
kebetulan memang tidak mempunyai uang untuk bayar sekolah maka digunakan tanpa
bicara dengan pengelola kantin kejujuran itu.
Sejujurnya, hal yang seperti ini amat
sangat sulit diterapkan jika memang tidak disampaikan komitmennya di awal
pembelajaran dengan orang tua dan siswa itu sendiri. Mereka memang harus tahu
pola interaksi di dalam sebuah sekolah. Pentingnya komitmen bersama dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran di sebuah sekolah.
#AISEI WritingChallenge
#InsprasiKartini
#KurikulumNgumpet
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
your opinion