Mengenai Saya

Foto saya
I love writing, learning, cooking, watching some cartoon films such, sponge Bob, naruto, the legend of Aang.

Minggu, 01 November 2020

Challenge AISEI #Day23AISEIWritingChallengeTulisanAnakku

 








Ini salah satu tulisan anakku, dia juga penggiat literasi yang aktif di Wattpad. Tulisannya selalu berkaitan dengan cerita pendek seorang anak remaja.

Tentang Hari

Oleh: Andini Putri Bintang

SENJA hari itu tak bersahabat. Hujan turun, mengguyur bumi. Membagi air pada semesta. Damar duduk dengan wajah muram. Matanya sembab, kantung matanya melingkar menghiasi netra cokelatnya.

        Hari itu dia kembali, dengan nilai 5 tertera di kertas ujiannya. Seolah tak cukup, takdir kembali menemuinya dengan lara.

        Ibunya dipanggil Sang Kuasa.

        Bila ia diizinkan mengulang hari, maka ia akan mengulang Jum’at itu. Ia akan memakan sarapannya, ia akan mengerjakan ulangan fisika dengan sungguh-sungguh. Tapi nyatanya, waktu tidak pernah sebaik itu.

        Damar meratapi, menyesali kebodohan diri. Air matanya seolah terkuras habis, membuatnya tak lagi bisa menangis malam itu.

        Jam menunjukkan pukul 23.45, namun lantunan ayat tak hentinya putus mengiringi malam dingin yang seakan tak berujung itu. Si adam tak bergerak, tetap di tempatnya menghiraukan ujaran semangat dari para kerabatnya.

        “Sampai kapan mau begini?”.

        Damar menoleh, menatap pamannya yang berdiri di ambang pintu. “Apa ibumu bakal senang kalau lihat kamu kacau begini?” sang paman melangkah, mempersempit jarak hingga akhirnya duduk di sisi Damar.

Damar tertawa miris, seolah menertawai takdir yang baru menginjak-injaknya dengan telak. “Ibu tidak bisa lihat saya. Dia tidak akan tahu seberapa menderita saya sekarang ini,” ucapnya pahit. Pamannya melirik sekilas, menghembuskan napas berat dan meraih bahu si keponakan.

“Kamu tau? Ibu punya intuisi paling keren di muka bumi ini,” katanya. “bahkan dengan jarak selebar perbedaan dunia, saya yakin dia tahu kamu sedang menderita,”. Hati Damar mencelos, merasa sesak itu kembali menghinggapi batinnya.

“Ibu kamu melahirkan kamu bukan sebagai pengecut. Takdir ada untuk kamu hadapi. Cobaan Tuhan ada untuk kamu lewati. Kalau kamu hanya bersembunyi dengan tameng sakit hati, mana bisa kamu bangkit lantas berlari?” Pamannya melontarkan tanya, yang bahkan tak bisa Damar jawab.

Benar.

Dia mungkin seorang pengecut. Selama ini dia selalu bersembunyi dari kenyataan bahwa ia mungkin ditinggalkan. Bahwa mungkin ia akan hidup sendirian. Ia hidup dalam delusi bahwa semuanya adalah selamanya. Nyatanya, apa yang terjadi hanyalah fana.

“Paman lihat nilai kamu,” tutur si paman tiba-tiba. Damar terkekeh, kembali ke realita. “Kalau Ibu lihat, beliau pasti menceramahi saya habis-habisan,”.

“Karena ia peduli,”.

“Saya tahu,”.

“Kalau begitu perbaiki,”.

Damar mengernyitkan kening. “Apa?” tanyanya tak mengerti. “Perbaiki nilai kamu. Jangan buat ibu kamu kecewa untuk kedua kali,” jelasnya. Damar membisu, kembali merasa perih. Kata-kata pamannya menampar si adam dengan keras.

Dia belum membanggakan, tapi sudah ditinggalkan.

“Hari ini berat, Paman tahu. Kamu bukan hanya di redam kecewa, tapi juga luka. Namun jangan sampai tenggelam. Luka ada untuk membina kamu jadi pribadi dewasa. Biar cerita hari ini, di simpan untuk hari ini. Kamu harus ingat, ya, kamu masih punya esok untuk di kejar. Jadi semangat, ya? Untuk dirimu, dan untuk ibumu,”.

Selesai dengan wejangannya, sang paman berdiri. Berlalu masuk ke ruang tengah, mengambil posisi serta memulai aksi mengaji serta berdoa.

Damar masih membeku. Napasnya terhela, lebih ringan dari sebelumnya. Bebannya terangkat tanpa sadar, membuat dirinya merasa lebih baik.

Iya. Biar hari ini jadi memori untuk dikenang, bukan untuk menjadi bahan isolasi diri. Damar tidak bisa hanya diam berpangku tangan, menyalahkan diri dan mendeklarasikan dirinya sebagai manusia paling tidak berguna sepanjang masa.

Waktu bergerak dan tiap-tiap individu juga begitu. Damar hari ini bisa saja bukan lagi ‘Damar’ di esok hari. Hanya perlu sedikit usaha, agar dirinya bisa jadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya.

Menarik napas panjang, menikmati detik terakhir di hari Jum’at, Damar mengikhlaskan segala. Ia bangkit, melangkah besar-besar menuju ruang tengah. Tangannya meraih kitab suci, mengucap basmallah dan mengucap bait-bait surat cinta dari Tuhan.

Ia sudah siap memulai hari barunya.

 

#30hariAISEIbercerita

#AISEIWritingChallenge

#100katabercerita

#pendidikbercerita

#warisanAISEI

#KomunitasSejutaGuruNgeblog

#AISEIInsiraAction

#KelasKreatif

#KOGTIK

#KomunitasSejutaGuruNgeblog(KGSN)

 


5 komentar:

your opinion