14st
February 2021
WALIKELAS SAMA DENGAN NEGOSIATOR
Ada beberapa teman guru yang
menjabat sebagai walikelas di sekolah ternyata menjadi seorang negosiator top
banget untuk membujuk anak yang hampir collaps
tidak mau sekolah. Keluarganya adalah keluarga yang mampu secara financial,
tetapi kurang dalam educative background
sehingga ketika ibu wali kelas hadir; dianggap sebagai sesuatu yang justru
mengganggu kehidupan mereka. Sekolah dianggapnya sebagai tempat dimana siswa
disimpan dan diperbaiki akhlaknya sementara di rumah mereka tidak cukup support untuk mendukung kebutuhan siswa
(anak) dalam membangun jiwa mereka. Pemikiran primitif anak itu akhirnya
seperti ini, “saya harus bekerja agar tidak menyusahkan orang tua; orang yang
sudah bekerja dia bebas bersikap dan berperilaku”
Dari penuturan beliau saat akan kenaikan
kelas waktu itu seperti yang tersampaikan di atas, saya hanya bisa
menggeleng-gelengkan kepala. Berat sekali beban si anak, tetapi ditangan sang
wali kelas yang benar-benar perduli pada siswanya. Sang anak mulai percaya
untuk belajar kembali. Keluarganya juga mulai terbuka untuk memberikan peluang
pada anaknya berkembang dengan jiwa yang sehat.
Ditilik dari jawaban sang walikelas;
inti negosiasi yang dilakukan tidak lebih dari hal sederhana dan tidak
membutuhkan kekhususan menurutnya. Dia hanya memiliki :
1.
Strategi
komunikasi menghadapi orang tua dan siswa dengan pandangan masa depannya
sendiri.
2.
Berkomunikasi
seefektif mungkin tentang permasalahan yang muncul tanpa harus memunculkan
masalah baru.
Pembicaraan prolog tidak terlalu
panjang, inti permasalahan bisa dikenalkan dengan pertimbangan kejiwaan berbagai
pihak.
3.
Mencoba
mendengar keinginan orang tua, siswa dan
keinginan sekolah. Dengan mendengar semua keinginan, setidaknya walikelas
melihat berbagai kemungkinan yang tepat untuk mencapai kesepakatan.
4.
Sabar
mengahdapi segala situasi yang terjadi.
5.
Kesepakatan
yang dibuat menjadi sebuah perjanjian tertulis sesuai keinginan semua pihak.
Saya
salut pada teman saya ini. Karena hasilnya cukup signifikan dalam perekbangan
pembelajaran sang anaknya. Saya coba mengintip ini dari teman guru Bimbingan
dan Konseling di sekolah. Perjuangan memang tidak mengkhianati kerja. Saya coba
melakukan terus menerus. Benar memang hasilnya bisa dirasakan, hanya belum
signifikan seperti ibu guru teman saya ini. Ada yang memang harus dikembangkan
lagi dalam berkomunikasi intensif dan efektif agar tak terlihat agresif.
Karena kecintaan saya pada siswa, saya
akan terus belajar menjadi walikelas yang baik yang insyaallah dapat memecahkan
karang komunikasi agar mampu berperan sebagai seorang negosiator yang baik.
###
#thepowerofkepepet
#pikir15menit
#nulis15menit
#kasihsayang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
your opinion