Tercapainya tujuan pendidikan dengan
cara salah satunya memahami karakter peserta didik (siswa). Saya bukan psikolog
dan juga ahli terapi disleksia. Saya hanya sebagai guru yang perlu belajar tentang bagaimana melayani
anak berkebutuhan khusus dengan penderita disleksia di kelas. Mungkin berbagi
pengalaman, bagaimana menangani anak disleksia yang kebetulan anak saya mengalami
hal ini ketika dia berusia 5 tahun sampai dengan kelas 3 SD. Dia selalu menulis
huruf “d” menjadi “b” menulis angka “3, 5, 6 dan 9” terbalik.
Ternyata, anak usia balita (bawah
lima tahun) belum dapat terdeteksi disleksia. Ketika sudah menginjak usia
sekolah dasar dan mulai belajar membaca, anak penderita disleksia baru akan
terlihat gejalanya.
Penyebab disleksia sampai dengan
saat ini belum dapat diketahui secara pasti. Tetapi pemicu terjadinya disleksia,
bisa diantara nya sebagai berikut:
a. Terkena infeksi paparan nikotin,
alkohol atau NAPZA saat kehamilan
b. Lahir prematur atau berat badan
sangat rendah
c. Riwayat keturunan disleksia pada
keluarga
Ibu Kurnia Mega, M.Psi, Psikolog. mengungkapkan bahwa Disleksia bukan penyakit.
Disleksia, yang ditinjau tulisannya oleh dr. Tjin willy dalam Alodokter,
sebagai bentuk gangguan belajar.
Gangguan ini diawali dengan gejala kesulitan membaca, menulis, mengeja.
Penderita Disleksia ini memiliki
kesulitan mengidentifikasi kata-kata yang diucapkan, merangkai huruf tertentu,
dan mengubah huruf menjadi sebuah kalimat. Jika dihubungkan dengan kesehatan,
disklesia merupakan ganguan saraf di bagian otak ketika memroses bahasa. Oleh
karena itu, disklesia tidak mempengaruhi kecerdasan seseorang.
Guru atau orang tua perlu mengetahui
gejala-gejala awal siswa/anak kesulitan belajar, antara lain:
1. Kesulitan berbicara dibanding anak
usianya
2. Kesulitan menemukan kata yang tepat
untuk menjawab pertanyaan
3. Kesulitan belajar bahasa asing
4. Kesulitan mengucapkan kata “asing”
tertentu
5. Kesulitan memahami pembicaraan yang
didengar
6. Kesulitan mengingat sesuatu
7. Lamban dalam menyelesaikan tugas
menulis dan membaca
8. Lamban dalam mengingat bunyi huruf
9. Sering menulis terbalik “kit”, angka
“e” ketika diharapkan menulis “tik”,
angka “3”
10.
Sulit membedakan huruf “b” dengan “d”,
“m” dengan “w”, angka “6” dengan
“9” atau terbalik menuliskannya.
11. Sering salah mengucapkan nama atau
kata.
12. Sering menghindari aktifitas
membaca atau menulis.
Ibu Kurnia Mega, M.Psi, Psikolog
dalam bincang edukasi di InspirAction Sabtu, 12
Desember 2020, sempat mengungkapkan apabila siswa/anak terindikasi
disleksia; penanganannya harus secara khusus. Beliau menyampaikan juga bahwa
siswa/anak disarankan untuk diperiksakan ke dokter atau psikolog.
Dalam Alodokter, dr. Tjin Willy berpendapat
bahwa dokter akan memberikan beberapa pertanyaan terkait; 1) riwayat keturunan
di dalam keluarga, 2) situasi dan
kondisi dalam keluarga, 3) pengisisan kuisioner oleh anggota keluarga dan guru,
4) tes syaraf tentang fungsi syaraf otak dan gangguan syaraf lain, 5) tes
psikologi agar dapat terdeteksi tingkat kecemasan, depresi dan kesulitan yang
menggagu proses belajarnya, 6) tes akademis oleh ahli di bidangnya sebagai
pertimbangan tentang tingkat disleksia yang diderita seseorang. Apabila telah melalui proses ini, penderita
akan menerima langkah pengobatan yang lebih tepat dari ahlinya.
Fonik diketahui sebagai salah satu
metode pengobatan yang efektif bagi penderita disleksia. Dengan metode ini,
penderita dapat: 1) mengenali bunyi kata, 2) menulis dan mengeja kata, 3)
memahami huruf dan susunannya, 4) membaca kalimat dengan tepat, 5) menyusun kalimat sendiri.
Setelah mempelajari penyebab dan
metode pembelajaran siswa (anak) disleksia; saya sebagai orang tua dan guru, yang
pernah juga menghadapinya, perlu melatih daya ingat siswa (anak) melalui
membaca keras. Khusus kata yang sulit diucapkan atau dituliskan perlu dibaca
berulang-ulang dengan bunyi yang tepat.
Trik tertentu perlu dicoba ketika
melatih siswa (anak) disleksia. Dia hanya perlu diyakinkan dapat melakukan penyusunan
kata dalam kalimat, atau mengingat bentuk angka yang benar. Kesabaran melatih
siswa (anak) disleksia merupakan dukungan terbaik agar dia percaya diri
mengungkapkan kemampuannya.
Daftar
Pustaka
https://www.alodokter.com/disleksia
Irdamurni1 , Kasiyati2 ,
Zulmiyetri3 , Johandri Taufan4, “Jurnal Pendidikan Kebutuhan Khusus Volume 2
Nomor 2 Tahun 2018; MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU PADA PEMBELAJARAN MEMBACA ANAK DISLEKSIA”,
Universitas Negeri Padang, Indonesia, 2018.
Anakku dua2nya prematur buk..tp alhamdulilah.. Allah karuniakan lebih pd ank kmi..
BalasHapusTeri.ksih tulisannya..
subhanallah. semoga selalu terjaga kecerdasannya ya bu.
Hapus