Mobil suami mengarah ke jalan raya
menuju Kota Bandung, dimana sekolah saya bertempat. Ketika berbelok dari jalan
dekat rumah saya ke jalan raya Cileunyi – Garut sedang ada perbaikan Jalan.
Insya Allah, Jalan Rayanya menjadi Jalan Layang keren.
Selintas saya melihat ada pengendara
motor yang memotong jalan dari jalur yang ditutup. Untungnya tidak terjadi
tabrakan ketika truk dan bus melintas berlawanan.
Perjalanan masih ada kurang lebih 15
- 35 menit untuk sampai ke sekolah. Ketika ada di jalan Soekarno-Hatta Bandung
(Jalan Provinsi), ada pembagian jalan sebelah kiri ke arah Kota Bandung khusus
untuk motor. Sementara di tengah adalah khusus mobil. Kalau pun ada motor, bisa
saja boleh digunakan tetapi jika memang sang pengendara akan berbelok ke kanan
dan ada kelokan di dekatnya.
Karena jam masih menunjukkan jam
06.30, motor-motor masih bebas menggunakan jalur mobil seenaknya itu yang
terekam di otak saya ketika tiba-tiba, ciuuuuttt... wushhh ada motor yang ngebut
menyalip mobil kami dari sebelah kiri yang akan berbelok ke kiri dan sudah
memberikan tanda sen.
Untungnya suami tidak dalam kecepatan
tinggi. Saya dan suami hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat peristiwa itu.
Suami saya menenangkan saya dengan mengatakan, biasa hal itu terjadi. Asalkan
sang pengendara tidak ragu dan punya strategi yang tidak akan merugikan orang
lain.
Dalam pemikiran saya, apakah
pengendara-pengendara itu tidak punya adab berkendara? Suami saya mengatakan
tatatertib di jalan itu sudah tertulis. Ketika dia membuat SIM panduannya sudah
jelas, bagaimana berbelok bila ada pengendara lain, bila jalan di tutup, dan
bila akan mendahului pengendara lain. Tidak hanya penjelasan yang berhubungan
dengan rambu-rambu lalu lintas.
Kesadaran berkendara santun yang
rendah, membuat banyak kecelakaan lantas terjadi. Polisi laka lantas dan DLJJR
mungkin perlu juga diberikan pencerahan ketika harus mendidik pengendara roda
dua dan roda empat berkendara di jalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
your opinion