LIBRARY CONGRESS NEWS
Sudah
sekitar 2 minggu, saya mendapatkan informasi tentang bagaimana perpustakaan
Nasional Amerika ini membuat kongres. Mereka mengapresiasi bentuk karya tulisan
dari penulis-penulis di Amerika. Semua bentuk itu dimasukkan dalam Writing Festival. Apa yang dituliskan
oleh penulis dalam sebuah buku disampaikan dalam bentuk story telling atau Interview
dari sebuah karya komik anak sampai dewasa itu tercipta. Kunjungan dari duta
penulis muda dibuat dalam bentuk daily
news ke sekolah-sekolah meskipun masih dalam keadaan pandemi.
Rabu tanggal 3 Desember saya mendapat
berita terbaru yang tidak kalah menariknya tentang Yayasan Dwight D. Opperman
yang mendonasikan dana sampai 1 $ juta
untuk mengimajinasi kembali pengalaman Pengunjung ke Perpustakaan Nasional di Library Congress melalui Orientasi
Galeri terbaru, pameran-pameran dan lab pembelajaran di dalam perpustakaan
Nasional Amerika ini.
Ternyata, usaha Dwight D. Opperman
Foundation yang dipimpin oleh Julie Opperman diperkuat oleh David Rubenstein
seorang penyumbang yang memberikan dana sebesar 10 $ juta di awal tahun 2020
agar Rencana Pembangunan komponen “Visitor Experience Plan” sebagai tempat
Pengalaman Pengunjung dapat terwujud; Annenberg Foundation juga mendonasikan 1
$ juta untuk pencetakan Fotografi yang proyeknya sedang berlangsung.
Tiga komponen yang menjadi pusat dari
pengalaman pengunjung pada Perpustakaan Nasional Amerika ini terdapat di Lantai
Dasar baru untuk “Orientation Gallery”
di gedung Thomas Jefferson membantu mengarahkan pengunjung memahami sejarahnya.
Sementara Learning Lab yang baru
mengikat dan menginspirasi pengunjung dengan berbagai metode penelitian secara
teori, inovasi serta kreatifitas penulis yang tidak hanya dari Amerika tetapi
dunia; baik karya setempat maupun karya daring serta “New Exhibition in Treasure”
menjadi ciri baru dari warisan harta Perpustakaan Nasional Amerika ini.
Penyelenggara menganggap bahwa Library Congress sebagai perpustakaan
terbesar di dunia saat ini yang menawarkan akses tentang rekaman kreatif
tentang Amerika dan materi yang lebih luas dari seluruh dunia, baik melalui
kunjungan luring dan daring.
Saya berharap di Indonesia, para guru
selain dapat menulis bisa mengembangkan bentuk perpustakaan guru Indonesia.
Kelas Kreatif yang dimotori Pak Dadan dari Kota Bandung pun sudah memiliki
Perpustakaan Kelas Kreatif. Semoga ke depan bisa menjadi lebih besar bila
digabungkan dengan misi AISEI yang meninggalkan warisan tulisan, yang dapat
didukung oleh sektor swasta dalam pengembangannya. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
your opinion