“JAJAN UNTUK BERPIKIR" atau "BERPIKIR UNTUK JAJAN"
SEBUAH DILEMA,
PEMETAAN PENGETAHUAN KONSEP
“Mang .. cireng, gehu sama lontong lima ribu“ teriak seorang siswa SMP.
“Siap” Tukang gorengan pinggir jalan langsung sigap
melakukan yang diminta pelanggan.
Kondisi
di atas biasa dilihat dan dialami tiap orang; itulah keadaan ketika seseorang jajan.
Orang tersebut memutuskan untuk memakan camilan yang dibeli di luar rumah, sama
dengan dia jajan. Apa yang dimaksud Jajan?
Ternyata makna yang tertera dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring menyebutkan bahwa “Jajan” memiliki makna sempit dan makna luas. Makna sempitnya yaitu membeli makanan di warung atau luar rumah. Sementara makna luasnya dapat menjadi bermain perempuan.
Jadi jajan secara umum adalah membeli makanan
(nasi atau makanan ringan) di luar rumah/warung. Selanjutnya ketika Jajan
untuk berpikir dilakukan oleh seorang siswa TK/SD, dia akan melihat
kebutuhan untuk membeli benda yang disukai dengan uang yang dimiliki. Siswa itu
pasti akan menggunakan pikirannya untuk mendapatkan informasi tentang harga,
kuantitas, kualitas dari barang secara sederhana tersebut dengan konsep dasar. Berpikir
kritis tentang sesuatu hal “Jajan”
Bahkan
pengaruh orang di sekitarnya bisa membuat anak berpikir ulang ketika akan
membeli sesuatu yang diinginkan. Pergulatan pikiran seorang anak dalam berpikir
tentang apa yang akan dibeli tergantung ketetapan hati melalui pengetahuan
dasar berpikirnya dari seorang ibu/ayah/orang tua. Apabila positif maka
pembelajaran berpikirnya akan menjadi kuat secara positif tentang “jajan”,
begitupun sebaliknya. Ini terjadi karena siswa TK/SD masih mencari bentuk dasar
konsep berpikir dari “jajan”. Latihan berpikir “bijak” dan mengendalikan hawa
nafsu perlu diperkenalkan sejak dini.
Berbeda
bila Jajan dilakukan oleh siswa SMP/SMA. Konsep pertanyaan yang akan digali
olehnya pasti berbeda. Jajan arti sempit, dilakukan karena terdesak kebutuhan
dirinya terhadap konsumsi berpikir dari apa yang digali di dalam kelas atau di
sekitarnya. Terkadang, Pemikiran yang menggelitik diupayakan mereka untuk
mencoba “Take a journey”. Oleh karena
itu harus Hati-hati dan bijak mengarahkan mereka. Apabila tidak diarahkan lebih
baik, dia akan berpikir tentang “Jajan”
dalam arti luas. Astagfirullah! Berpikir bersabar dan bijak mempertimbangkan hal
secara positif.
Saya
kira manusia membutuhkan sesuatu yang disebut “jajan”. Manusia menggunakan
otaknya untuk berpikir sebelum melakukan jajan.
1.
Maka tercetus pertanyaan di dalam benak, apa
manfaat jajan?
2.
Dimana sebaiknya kita jajan?
3.
Bagaimana membatasi jajan?
4.
Apakah ada hubungan jajan dengan
kecerdasan?
Jajan
secara khusus menekankan tentang membeli makanan yang digunakan untuk menambah
asupan pada tubuh melalui zat yang terkandung di dalam jajanan tersebut agar
tubuh tetap sehat dan memiliki imun yang baik. Kebersihan jajanan dan tempat
penjaja makanan seharusnya menjadi pengetahuan yang diberikan pada anak selain
kenikmatan di lidah.
Dengan
kandungan gizi yang diperlukan sebelum makan siang atau malam, dapat diukur
berdasarkan kebutuhan asupan untuk beberapa waktu. Jika tidak cermat, maka
kesehatan lambung menjadi taruhan.
Memberikan
pengetahuan dasar “jajan” untuk anak-anak sebagai bentuk berpikir untuk jajan.
Apakah jajan itu diperlukan atau tidak; tergantung pengetahuan dan kebutuhan
orang tersebut (anak).
Tidak
salah jika semakin dewasa, manusia terkadang membutuhkan jajan setelah dia
berekplorasi dalam kegiatan bekerja. Energi yang terkuras dalam bekerja
terkadang membuat mereka harus melakukan Jajan meskipun telah membawa kudapan
dari rumah.
Dilema
pemetaan konsepnya dimana? Dilema manusia tentang “jajan” untuk berpikir atau
berpikir untuk “jajan”. Semuanya mengacu pada penekanan Jajan dan pemetaan pola
pikir seseorang.
Ø Contoh
di bawah ini, mungkin yang pernah terjadi:
Berpikir
untuk Jajan
Rodiah sudah sarapan pagi di
rumah, ketika ada kudapan yang dibawa oleh temannya. Dia tertarik. Dia pasti
menanyakan
1.
Beli dimana?
2.
Enak atau tidak?
3.
Berapa harganya?
4.
Apa saja kandungan dari jajan itu?
Sebagai bahan rujukan pikirannya; apakah
akan membeli atau tidak, jajanan tersebut. Apa lagi setelah diketahui apa yang
terkandung di dalamnya; bagaimana pengolahannya dan kondisi tempat pembuatan;
penjajanya; higienis atau tidak, harga terjangkau atau tidak. Adalah pengaruh
positif dalam berpikir.
Jelas di ilustrasi ini menggambarkan bagaimana manusia
memetakan sebuah konsep yang berhubungan dengan “Jajan”, Dia sudah berpikir
kritis tentang suatu hal tanpa sadar.
Jajan untuk Berpikir
Budi, Santi dan beberapa orang lain bekerja di
sebuah sekolah yang hari itu harus lembur karena sekolah mengadakan kegiatan open recruitment bekerjasama dengan
industri. Begitiu banyak pekerjaan yang harus dilakukan.
Di tengah pekerjaan, hampir semua mengatakan
lapar. Mereka sepakat untuk membeli beberapa kacang panggang, sereal, yoghurt
kraker, buah-buahan, oatmeal.
Ternyata, snack yang dibeli di atas adalah
jenis makanan yang memang dianjurkan ketika seseorang melakukan kerja lembur.
Halodoc dalam www.halodoc.com/artikel/6-cemilan-sehat-untuk-lembur-di-kantor
Pada
saat kerja lembur, produktivitas berpikir meningkat agar tetap berenergi dan
gula dara tetap stabil; dibutuhkan camilan dengan karbohidrat berprotein
tinggi, serat, nutrisi sehat, mengenyangkan, dapat menunda rasa lapar,
menyehatkan pencernaan, segar, mudah mendapatkan, rendah glikemik dan
mengenyangkan lebih lama.
Untuk
jajanan yang memiliki kandungan gizi yang baik, tentu akan membuat kebutuhan
perbaikan sel-sel dalam tubuh setelah melakukan pekerjaan agar dapat terpenuhi
secara baik.
Pendalaman konsep jajan bagi kebutuhan yang
dimiliki seorang manusia merupakan kecerdasan lain yang tergali secara sadar
atau tidak.
Setidaknya manusia seharusnya mengingat
bagaimana merawat apa yang Allah berikan dari tubuh manusia dengan mengkonsumsi
makanan yang baik, sehat dan dibutuhkan oleh tubuh.
Hubungan dengan konsep
berpikir dan jajan yaitu apabila seseorang dengan keinginan “jajan” mampu
membuatnya berpikir lebih khusus tidak lagi umum untuk diambil manfaat yang
besar bagi tubuh (diri sendiri) dan lingkungan (orang lain) secara positif;
berarti dia telah menggunakan otaknya untuk berpikir dalam sebuah kehidupan.
Ini berguna untuk bertahan hidup lebih baik.
Daftar Pustaka
1.
www.halodoc.com/artikel/6-cemilan-sehat-untuk-lembur-di-kantor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
your opinion