STRATEGI KREATIF
MEMBUAT SISWA MEMBACA
Oleh Diah Trisnamayanti, S.S.
SMK MedikaCom Bandung
Gambar 1.koleksi pribadi
M |
embaca yang membosankan hilang dalam sekejap
bila dikerjakan dengan bergotong royong. Pertimbangan having fun dikerjakan bersama siswa membuat pengambilan simpulan
sesuai alur carita. Aplikasi padlet untuk mengakses bacaan membuat siswa
tertarik bertahan dengan pengalaman barunya. Offline (Luring) atau Online
(Daring) bukan penghalang. Strategi
jigsaw menambah kesan “ketagihan” atau “penasaran” bagi para siswa untuk
membaca sehingga mereka bisa menikmati perjalanan dan pengalaman unik lainnya. Daya
ingat dan pemahaman dapat menjadi loncatan keberhasilan berliterasi.
Reka
Teknik Baca
Teknik skimming dan scanning diperkenalkan pada siswa dalam membaca sehingga isi bacaan dapat mudah dicerna. Ketika siswa membaca prosesnya, melompat-lompat karena dia harus dapat membuat kesimpulan sendiri tentang materi bacaan dan menginformasikan sesuai gayanya. Itu akan terlihat saat dia menulis di padlet hasil bacaan per lembar. Sementara proses scanning diungkapkan oleh ketua kelompok setelah dia menuliskan dan menceritakan rangkuman naskah dari ide-ide pokok yang muncul. Sehingga informasi terangkum sempurna melalui gayanya bercerita di kelas. Kedua teknik di atas disampaikan oleh Kang Didik dalam Cara dan Strategi Membaca Hebat Mudah; https://www.kangdidik.com/2019/03/cara-dan-strategi-membaca-hebat-mudah.html menjadi dasar pengembangan kegiatan ini.
Strategi jigsaw
dipadu dengan teknik skimming dan scanning memberikan kemudahan para siswa
bereksplorasi memahami jejak makna cerita dalam buku sebagai bentuk
keingintahuan yang tinggi melalui media Padlet.
Dari penelitian
Khairul Asri, M. Ikhsan, Marwan Marwan
tentang “Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis
melalui penerapan pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Sekolah Menengah
Atas” sudah terbukti, strategi jigsaw dapat membuat siswa lebih kreatif. Ini
dikuatkan melalui pengalaman saya ketika masih menjadi mahasiswa tingkat pemula,
saya diajak berdiskusi oleh dosen prosa yang menggunakan teknik Jigsaw. Suatu
waktu, beliau meminta saya menceritakan sebuah bab di kelompok saya. Meskipun
zaman sudah berubah. Ingatan baik masih terekam dengan baik juga. Oleh karena
itu, saya mencoba sampai tahap Teknik skimming
dan scanning yang belum dipadukan
dengan penyimpanan di dalam padlet; sudah bisa membuat anak-anak berhasil
mendapatkan pengalaman baru dari membaca.
Termotivasi
tantangan itu, strategi jigsaw berikut dapat digunakan dan dimodifikasi untuk
materi pelajaran eksak sampai dengan non eksak; bahasa.
Tulis
Jadwal Sederhana
Guru perlu memastikan buku yang akan
diberikan terlebih dahulu ketika akan memadu padankan strategi ini. Melalui
buku, pokok bahasan dan strategi yang tepat membuat anak berada dalam
perjalanan peristiwa dan menumbuhkan kenikmatan belajar membaca. Setelah itu,
guru membagi tugas siswa dalam kelompok kecil di kelas.
Agar lebih mudah pelaksanaan
strateginya, guru perlu menyiapkan daftar isian tentang kapan dia dapat
membaca, berapa banyak paragraf atau kalimat dalam buku terpilih. Siswa
kemudian menuliskan catatan hasil membaca yang telah dibagi dalam jadwal. Meskipun
sedikit, tulisan dianggap sebagai laporan diri yang disematkan di padlet.
Siswa cukup mengingat apa yang
dibacanya, kapan dia membaca dan apa yang dia ingat dalam buku saku sederhana.
Catatan ini digunakan saat dia mendapat giliran menyampaikannya di depan
kelompok kecil atau kelompok besar.
Siswa akan merasa optimistik dalam menyampaikan cerita ketika siswa
bebas menggunakan bahasanya sendiri. Sementara jadwal dibuat siswa hanya
sebagai cara mengemas kedisiplinan dalam membaca.
Bermain
di Kelompok Kecil
Efektifitas
membaca dimulai dengan menentukan jadwal tiap anak dan menyetor cerita untuk
berbagi dengan teman kelompok kecil dibumbui sedikit tantangan pertanyaan yang
berkaitan dengan cerita yang dibaca, lebih baik yang bukan e-book. Cerita yang lebih mudah sebagai awal akan membuat mereka
bergairah.
Selanjutnya siswa dibagi ke dalam kelompok kecil terdiri dari 3-5 orang,
diarahkan membangun konsep kelompok sendiri dengan mengangkat pemimpin beserta
peraturan singkat. Tiap kelompok kecil diberikan tantangan yang berbeda
begitupun siswa yang ada di dalam kelompok tersebut. Tantangan diberikan
sebagai kunci penulisan materi yang akan diceritakan. Kunci kata penulisan
dianggap sebagai temuan, perolehan dan keterserapan terhadap ilmu yang dibaca
untuk dikaitkan dengan kunci kata tantangan lain, Jim Kwik dalam “Learn how to read faster and learn
better with Jim Kwik “ menyampaikan bahwa “untuk menemukan, memperoleh dan mengingat kembali keterserapan
bacaan dengan membaca selama 15 menit diperlukan teknik khusus
Kita ambil contoh melalui buku Budak Teuneung:
Gambar
3.koleksi perpustakaan sekolah
Bulan ini, kelas
XI RPL A di SMK X akan diberikan bacaan Bahasa Sunda Judul Buku: Budak Teuneung; di dalam buku tersebut terdapat 56 halaman, ada 8
bab yang isinya berbeda. Guru di kelas membagi kelompok kecil sesuai bab yang
ada. Bila banyak siswa XI RPL A adalah 41 maka otomatis, jumlah anggota per kelompok 5 – 6 orang. Kegiatan ini diberikan waktu
sekitar 10-20 menit.
Gambar 4 .koleksi perpustakaan
sekolah
Dalam salah satu
bab berjudul “Nandokeun Baju” jumlah
5 halaman bacaan, siswa dibagi satu orang satu halaman bacaan. Tantangan
kelompok yang diberikan guru adalah ceritakan pengalaman apa yang disampaikan
penulis dalam buku itu. Ditulis menggunakan gaya bahasa perorangan dengan
banyak kata 25 sampai dengan 100. Cerita
disampaikan di kelompok besar setelahnya.
Tantangan per siswa diberikan guru yaitu kosakata “Nganjuk” pada bacaan di halaman pertama dengan perintah “tolong diceritakan kembali tentang ‘nganjuk’ versi emak sebagai tokoh cerita dan tokoh ‘Warji’. Siswa menuliskan sebanyak 10 sampai dengan 25 kata dan memadukan cerita versi dia. Setelah itu, jadilah simpulan bacaan yang dimasukkan dalam Padlet, begitu seterusnya. Apabila semua anggota kelompok sudah mengisi, siswa berhasil melewati tantangan dengan baik. Harus diberikan apresiasi tentunya berupa hadiah.
Nilai atau buku saku bisa jadi hadiah untuk
memotivasi kemandirian dan tanggungjawab kelompok. Ada hadiah maka ada hukuman
bagi yang terlambat menyetor. Hukumannya bermain game kosakata pelajaran yang
berlangsung; cukup dengan game sederhana menebak kosakata kelompok lain yang
ada di padlet. Jika di padlet ada kata “Emak,
Warji, Ambu Ijem, Juragan Lurah, Asep Onon, Si Begu”, pertanyaan berkaitan
dengan tokoh tersebut atau mengkaitkan
dengan materi yang akan dibahas.
Ini hanya bisa
dikerjakan oleh satu kelompok dalam satu kali pertemuan. Tetapi kegiatan ini
bisa memberikan manfaat sebagai engagement pada mata pelajaran yang diampu oleh guru; bisa juga terlepas. Siswa
diharapkan tidak terbebani dengan cara ini.
Berpacu
di Kelompok Besar
Tiap pemimpin berpacu menceritakan apa
yang telah dibaca untuk dibagikan pengalaman yang didapat sebelum, selama dan setelah
membaca serta menjadikan sebuah rangkuman cerita diungkapkan dengan gaya
sendiri. Kelompok lain dapat memberikan dukungan, pertanyaan atau kritikan yang
gaya penyampaian interaktif bebas. Di kelas daring, mereka bisa mengirimkan
emoji tentang perasaan mereka setelah menyimak cerita.
Melalui strategi ini, padlet sebagai media pendukung membantu guru
mengambil informasi kemampuan siswa dalam menuliskan, mengingat dan membaca
kesimpulan cerita yang berbeda di tiap bab. Latihan ini menjadi gerakan literasi
membaca dan menulis yang efektif serta menantang. Sebaliknya, guru juga dapat merekam
gambaran siswa yang memiliki kesulitan membaca dan menghitung untuk dibimbing
berkala.
#KelasKreatif-AISEI
Keren Bu Diah...
BalasHapus