BINGKISAN BAGIAN 2
Boneka Bernyawa
“Mama, letakkan dimana bungkusan itu?”
“itu, di dekat buffet pa”
“Yakin, di sana?”
“Benar, pa”
“Yang ini, bukan?” dr. Rahadian
yang berperawakan tinggi, sedikit kurus,
berkumis tipis, dengan kacamata minus 3 anak seorang wedana di kotanya, ramah,
dan banyak teman adalah juga suami Adriana memberikan bungkusan berwarna hitam.
“Iya, pa.. ini; ko papa bisa tau? Memang
sudah dibuka sama papa?”
“Itu bungkusan hitam tergeletak di jalan
waktu aku mau belok ke jalan rumah kita, mobilku ndak bisa maju, ma. Pas aku
lihat, bungkusan hitam ini mengganjal jalan roda mobilku”
“Ko bisa ada, di jalan?” dr. Rahadian
memberikan respon dengan mengangkat bahunya.
“Sekarang, lebih baik kita kirim kembali
bingkisan ini ke Mr Khock ya”
“Iya Pa.”
“Salsa masih panas tapi ma.” Kasih minum
air putih dulu atau susu dulu, ma; aku bikin puyer dulu.”
“Salsa.. sayang, mimi dulu cantik”
Adriana membangunkan anaknya.
“Mama..”
“iya sayang, mama di sini” rasa hati
Adriana melihat putrinya yang ceria mendadak seperti setengah mayat, membuatnya
hancur hatinya.
“Ya Allah.. sembuhkan anakku” ungkap
do’anya dalam hati terus menerus sambil memberikan minum pada putrinya.
“Mama, itu jangan.. huahuhuhu...; kirim
itu.. jangan.. huhuhu. Itu buang aja. Itu buang aja.” Salsa menangis tersedu
ketika melihat mamanya membawa bingkisan.
“Loh.. kenapa sayang. Ini mungkin Mr.
Khock wrong to send.”
“Ndak mau.. ndak mau; jangan kirim,
buang aja.. buang aja” Salsa terus menangis dengan keras.
“Iya... iya mama buang aja.” tetapi rasa
penasarannya terus bergayut. Adriana memandang suaminya dan berusaha mencari
jawabnya. Suaminya hanya memandang dengan penuh rasa ingin tahu. Rahadian akhirnya, mencoba menggendong
anaknya. Membawanya bermain di luar setelah mencuci tangan dan mengganti baju
kerjanya. Rahadian bermain sambil terus memikirkan apa yang istrinya katakan.
Salsa bermain dengan riangnya bersama anak-anak lain di taman perumahan itu. Kriiingg....
“Ya.. Ma, ada apa?”
“Pa.., Salsa gimana? Masih menangis?”
“Sudah berhenti. Dia sedang main dengan
temannya tuh. Kamu sudah hubungi Mr. Khock?”
“Iya, dia hanya menjawab keep strong your faith, sayang. Apa
maksudnya ya?, ketika aku mau menanyakan lebih dalam telponnya hanya bunyi
teriakan... Pa, aku ko merinding jadinya, ya.”
“Teriakan? Suara teriakannya kamu kenal?
Apakah suara Mr Khock?”
“Iya. Kemudian ada suara menggeram”
“Masya Allah!! Salsa, sini nak. Jangan
jauh-jauh ya; mainnya” Salsa mengangguk. Lima menit setelah itu, Salsa tergeletak
pingsan di dekat permainan seluncur di taman komplek. Rahadian langsung menggendong
Salsa. Dia memerikas anaknya. Adriana yang diberitahukan Rahadian langsung
menuju taman komplek.
“Anakku... Salsa..” menepuk pipinya dan
memeluknya penuh sayang.
“Pa, kenapa Salsa”
“Nanti di rumah saja.” Rahadian
mengatakan itu sambil melihat sekeliling yang sudah dipenuhi orang-orang yang
sedang bersantai di taman komplek berkerumun mendekati Rahadian Salsa dan
Adriana. Adriana mengangguk setuju. Mereka berjalan sekitar delapan menit untuk
sampai ke rumah mereka. Sesampainya di rumah, Salsa yang sudah sadar terbangun
dan mendekap ibunya sangat erat. Dia tidak mau turun dari gendongannya dan
matanya selalu terpejam.
“Sayang, cantik. Ada apa?” tanya Asriana
pada anak yang usianyapun belum genap 5 tahun.
“Buang, Mama. Buang..Aca ndak mau liat”
“Iya,
papa buang bingkisannya.”
Rahadian
membawa bingkisan itu untuk dibuang di tong sampah dekat rumahnya. Lalu mencoba
menelpon Mr. Khock yang dijawab oleh seorang perempuan. Dia mmeperkenalkan diri
sebagai sepupu Mr. Khock. Dia mengatakan Mr. Khock sedang di ICU karena medapat
serangan jantung tadi pagi.
Sepertinya ada kejanggalan. Lalu Rahadian menanyakan
keberadaan Istri dan anak Mr. Khock. Perempuan itu menyampaikan bahwa Mr. Khock
hidup sendiri. Istrinya melarikan diri bersama anaknya 5 tahun yang lalu. Rahadian
teringat waktu lima tahun lalu Dia bertemu Mr. Khock di sebuah seminar tentang Biochemistry
dan Virus di Jerman. Beliau dan Istrinya masih bersama karena saat itu dia
video call dengan istrinya dan kedua anaknya yang sudah berusia 18 serta 20
tahun. Kebetulan dia berada di satu kamar yang sama.
“Excuse me; can we video call this time?” pinta
Rahadian.
“Soory, we are busy!” cetusnya dan menutup telpon.
Rahadian
melihat Salsa yang masih ditemani Adriana, istrinya. Degub nadinya cukup
teratur, artinya Salsa sudah meulai tenang.
Dia
pun sudah lebih tenang untuk berpikir tentang hubungan Mr. Khock, dan Boneka
itu. Kesadarannya nampak lebih baik. Perlahan-lahan Adriana bertanya pada Salsa
didampingi Rahadian.
“Tadi, Salsa kenapa? Pusing?”
“Iya ma. Salsa kaget lihat ada om brewok
bajunya hitam. Giginya runcing kayak kucing. Dia mau makan papa”
“Haaa?” ayah dan ibu Salsa ini terkejut
mendengar penuturan Salsa.
“Om Brewok gimana wajahnya nak? Memang
Salsa kenal dia?”
“Engga, aku. Enggak kenal dia ma; aku
bilang kan om itu badanya gede. Brewokan giginya runcing.” Sambil bermain
mainan miliknya.
“Salsa pernah mimpi itu, kan ya? Salsa
takut dengan dia? Ko Salsa bisa pingsan”
“Salsa mau main dulu ya ma” ucapnya
menggantung pertanyaan Adriana. Sambil mengkoreksi tugas-tugas anak didiknya
dia menanyakan kebingungannya pada suaminya.
“Pa, Ko Salsa dengan Mr. Khock bisa
seperti sehati ya?”
“Nah, itu yang aku juga bingung.
Kecurigaanku sepertinya keponakan Mr. Khock ini punya maksud terselubung deh.”
“Memang kenapa begitu pa? Apakah dia yang
membuat semua ini terjadi?”
“Dia bilang sibuk saat aku tanya lebih
jauh tentang Istri dan anak-anaknya Mr. Khock lalu menutup telpon”
“Aku inget pa, Mr. Khock menyebutkan
chip sebelum teriak tadi” Rahadian langsung mengambil bingkisan dari tempat
sampah dan membongkar boneka. Dia menemukan chip di kelopak mata boneka. Dan
dia masukkan kembali kapas dan bola mata buatan ke dalam bungkusnya, kecuali
chip yang ditemukan.
“Ini mah, kita buka ya” jam menunjukkan pukul 19.21 waktu Indonesia
bagian barat.
“Waduh ma. Berat. Ini kode internal
diplomatik. Tapi kenapa Mr. Khock kirim ke kita? Bukankah kita tidak ada
hubungan keluarga atau kerja ya ma?”
“Coba deh pa, inget-inget papa dan Mr.
Khock, bisnisnya itu berkaitan dengan apa? Terus kenapa dia berpesan keep strong your faith? Keyakinan beliau dengan kita berbeda. Dia
tidak percaya tahyul. Dia orang yang logikannya kuat. Tetapi dia sampaikan bilang
ke kita keep strong your faith. Apa
juga hubungannya dengan Salsa? Ko bisa pingsan di waktu yang sama dengan Mr.
Khock pingsan yaitu pukul 10.13?”
Makin malam, Adriana dan Rahadian
terlihat sedikit kelelahan. Setelah menjalankan shalat isya mereka tertidur.
Namun sebelumnya mereka melihat perkembangan Salsa yang tertidur dipangkuan
mamanya saat orang tuanya berdiskusi dan bercanda.
Pukul menunjukkan 01.18. ketika jam di rumah
keluarga kecil itu berdetak keras. Gubrakkkk!! Boneka yang telah hancur
berjalan ke arah jendela kamar rumah bernomor 2 di komplek itu. rumah rhadian
berada 3 rumah dari nomor tersebut.
Sembilan hari setelah kejadian di rumah
Adriana. Tetangga di No. 2 mengibarkan bendera kuning. Adriana melayat ke rumah
tersebut bersama suaminya. Salsa di tinggal di rumah bersama adik Rahadian,
yang kebetulan bertandang.
Tidak sengaja Rahadian dan Adriana
melihat boneka itu di sisi mayat. Beberapa bapak-bapak menceritakan bahwa sembilan
hari lalu ada bayangan masuk melewati jendela. Dan yang menemukannya adalah
anak yang punya rumah yang berusia 5 tahun. Setelah itu, jasad korban
terdeteksi seperti serangan jantung tetapi lebam mayat hanya terlihat di
sebelah kiri, tidak di bagian punggungnya. Karena almarhum ditemukan seperti
tertidur pulas.
Cerita misteri nih...buat ku penasaran. Siiip tulisannya keren
BalasHapusThank you bu Ai.. ikutin ya lanjutannya
BalasHapus