Pak Le Hadi, Byori dan Binar langsung menuju ke mobil diikuti Mahardika
dan Utami. Byori meminta maaf pada Pak Le Hadi atas perlakuan ibu ke beliau.
Binar hanya mendengarkan dan sekali-kali menatap lewat spion dalam ke Pak Le
Hadi dan menoleh ke Byori sambil tersenyum lembut. Sesampainya pak le di
rumahnya. Raisa putri sulung Syamsinar bersama dua buah hatinya mengajak Byori
masuk.
“Byori masuk dulu”
“Mbak sudah malam. Kasian mas
Binar dari tadi belum pulang ke rumahnya. Dari rumah aku nanti pasti malam”
“Besok aku ke sini ko mbak.
Jemput pak le. Pagi-pagi ya pak le.. jam 05.30 loh”
“Iya. “ Pak le menyahut sambil
tertawa kecil.
“yuk mbak assalamu’alaikum”
Kedua anak dari Raisa mengikuti, Binar langsung tahu harus apa dengan
dua bocah lucu-lucu itu. diselipkan uang kertas berwarna merah di saku kedua
bocah itu sambil berbisik.
“Engga boleh jajan sembarangan
ya.” Mereka berdua mengangguk-angguk sambil tertawa-tawa.
“bye..” salam Binar hangat
pada dua anak itu. Binar yang keturunan muslim Korea Perancis lama di Canada
ini, bisa berbahasa Indonesia dengan baik karena Byori membantunya mengajarkan
dia.
“Mas, yuk sudah malam. Lunar
dan Cerina keburu bobo. Kamu hutang Mc D loh ma mereka. Lagian kan kamu belum
makan mas; maag kamu bisa kambuh nanti” tukas Byori manja.
“hmm. Iya. Ok. Cantik. Lets
go!”
Sesampainya di Mc D. Byori langsung pesan dada ayam goreng plus salad
dan Coke untuk Binar baru kemudian pesan untuk Lunar.
“Ini mas, ma’am dulu.” Katanya
“Kamu ko ga makan?” tanya
Binar. Dengan rasa sayangnya Binar menyuapi Byori dada ayam plus kentang
goreng.
“Iya” sambil membuka mulutnya
menerima suapan dari calon suaminya ini.
“Ri.. kalau begini terus, aku
ga akan bisa tidur deh. Kamu makannya telat, nanti kamu sakit. Kan kamu janji ga
mau sakit lagi kayak dulu” Byori pernah jatuh sakit hepatitis karena lupa makan
dan istirahat saat Binar ada di Canada karena kakeknya sakit keras di sana dan
meminta Binar menikah dengan Suzanne teman masa kecilnya. Byori yang kala itu
masih di Swiss menyelesaikan tugas akhir S2nya di bidang Arsitektur modern,
sambil bekerja paruh waktu di sebuah perusahaan playwood sebagai furniture
designer tidak pernah memberitahukan Binar tentang penyakit yang dideritanya
begitupun ke ibunya. Byori menyimpan rapat riwayat penyakitnya. Diketahui
pemilik apartemennya yang kebetulan menghubungi Binar tanpa sengaja saat Byori
pingsan di apartemennya maka Binar tahu riwayat penyakitnya dan meminta ijin
mama, papa, dan kakeknya untuk terbang ke Swiss menjenguk dan merawat Byori
serta membatalkan perjodohan dengan Suzanne.
“Iya Mas Binarku sayang.”
“Ah... terpanah aku... pingsan
niih...” Binar menggodanya
“Lebay!” Byori terkekeh-kekeh
melihat calon suaminya tersenyum manis dan menggodanya. Beberapa menit kemudian
Byori sudah menenteng pesanan Lunar dan Cerina kemudian masih menghampiri Binar
yang sibuk menghabiskan hidangan yang disediakan Byori. Binar pun akhirnya selesai menyantap
makanannya.
“Mas, ada cewe cantik di Mc D.
dari tadi memandangi kamu terus sepertinya ga berkedip deh dia ngeliat kamu”
“Yang mana? Wajar sih. Aku kan
Ganteng”
“Hmm pengen tahu? Itu yang ada
di dekat pintu masuk Mc D pake baju ungu. Kayaknya dia kenal kamu deh abis
natapnya bener-bener ga berhenti melihatmu gitu.”
“Are you jelous?” goda Binar
“Ga agh.”
“Aku aja yang diperhatiin ga
nyadar ngapain kamu pikirin Ri..”
“So what?? We are going to get
married soon. Ngapain kamu mikirin pandangan orang lain. Just focus on me and
surround us honey” candanya santai
“Well, it’s not the time we
are going crazy for that fake things, right.; thank you, you are my
inspiration” Byori mengatakan sambil menatap lembut pada calon suaminya, yang
direspond dengan hangat dan senyuman manis penuh semangat.
“Yes, my dear wife.”
“Belum igh..buru-buru aja”
“Ga tahan cuy..”
“Lebay banget siih!”
“Mumpung ga ada siapa-siapa, jadi puasin deh. Ya istriku”
“Cubit niih...”
“Boleh, setuju banget...
dimana di sini atau di sini” tunjuk Binar ke dada atau perutnya.
“Mana aja!!”
“Niih..” sambil mencibirkan
bibirnya aja.
“Eits.. no .. no..” tawa
Byori yang renyah membuat Binar semakin terpukau. Tidak sadar, mereka telah
sampai di gerbang rumah kontrakan Byori,
“Ri, aku mau ngomong serius
beneran deh, bolehkan?”
“Boleh” sambil menatap Binar
dengan pandangan mencari tahu apa yang tersembunyi di dalam diri calon suaminya
ini. Dia mengatakan Binar calon suaminya meskipun Binar tidak pernah
mengungkapkan dengan kata-katanya bahwa dia akan serius. Dia pun masih sedikit
khawatir karena Ghea yang ditemui di Mc D simpang tiga adalah mantan Binar yang
berkali-kali mengancam Byori untuk tidak mengganggu hubungan mereka. Tapi kali
ini entah kekuatan dari mana Byori bisa meyakinkan hatinya bahwa dia
membutuhkan Binar lebih dari seorang sahabat baik. Dia berharap itu juga pada
Binar.
“Tapi aku masuk dulu ya kasih
fried chicken dan Ice cream ke Lunar dan adiknya.” Patahnya sambil tersenyum
manis, padahal di hatinya dia dag-dig dug khawatir Binar memutuskan untuk hal
yang negatif. Byori menggelengkan kepala tanda ingin menghalau hal buruk dalam
pikirannya dan calon suaminya. Dia pun melangkah masuk dan benar saja dia sudah
ditunggu laki-laki kecil dan gadis mungil meminta ice cream. Binar
memandanginya dengan penuh rasa cinta pada Byori. Binar teringat kejadian
ketika dia masuk jurusan MIPA di Universitas di Jakarta, waktu itu dia tidak
satupun paham bahasa di Indonesia, selalu menggunakan kamus. Papa dan mamanya
terbiasa menggunakan bahasa Inggris. mamanya yang asli Baleendah dipersunting
papanya yang blasteran baru tiba untuk meneliti wilayah Baleendah kala itu juga
tidak membantu dia untuk mempelajari bahasa Indonesia. Tiba-tiba seorang gadis
kecil mungil dengan cueknya menginjak kakinya ketika antri di loket pembelian
formulir masuk universitas tersebut. Binar tersenyum mengingat hal itu. Si
perempuan kecil itu lalu mundur setelah iya bicara bahasa Inggris dan korea
agak kasar. Dia menjawab dengan sopan menggunakan bahasa Inggris dengan penuh
hormat dan santun. Saat Binar kesulitan mengatakan akan membeli formulir ke
petugas loket dia membantu menyampaikan tentang jurusan dan bagaimana layanan
itu dikerjakan. Sekali lagi, Binar tersenyum mengingat itu. Dia Byori yang
sangat baik padanya mengajarkan bahasa Indoensia sesuai yang dia perlukan
sehingga dia bisa fasih tanpa harus kursus lagi. Dia Byori yang mau
mendengarkannya saat dia punya masalah dengan pacarnya “Ghea” yang posesif dan
dia yang mampu memberikan pemahaman bahwa islam adalah agama yang mudah
dimengerti dan tidak kacangan dengan segala
budayanya. Dia Byori yang mampu menenangkan hatinya ketika pacarnya
“Ghea” akhirnya ketahuan lebih mengutamakan sahabatnya di banding dia dan
membiarkan Binar meyakini memilih yang terbaik untuk dirinya. Dia Byori yang
dengan santai membuat nya rujuk dengan “Ghea” mantannya karena dia tidak bisa melupakannya saat itu. Dia
Byori yang selalu punya waktu tanpa pamrih untuk berbagi dengan semua kalangan.
Binar tidak akan sanggup membuang Byori ketika mantannya merayunya untuk rujuk kembali setelah membalas dendam karena
Binar terlalu dekat dengan Byori yang berusaha menghindarinya setelah itu.
Binar kali ini menghela nafas berat dan tersenyum. Dia Byori yang menyimpan
sakit hepatitisnya lantaran bekerja untuk menjadi seorang manusia di hadapan
Illahi dengan bekerja paruh waktu di berbagai tempat dan hasilnya ada
sebahagian dia berikan pada fakir yang ada di jalan-jalan swiss yang tidak
terlihat oleh pemerintahnya dan menabung untuk keberangkatan ibunya ke tanah
suci. Dia, Byori, yang mampu membuka matanya bagaimana usaha seorang manusia
yang ikhlas dalam pandangan islam,
“Aku harus melamar Byori hari
ini, Aku tidak mau menunda sampai dia pergi lagi dan jatuh ke tangan orang
lain. Aku ga mau lagi ketemu dengan Ghea” do’a Binar sendiri. Lalu dia keluar
dari mobil dan duduk di teras. Mas Dorian berbincang-bincang dengannya cukup
lama dan Mas Do pun mengangguk-angguk tanda mengerti. Kemudian Mas Dorian
memanggil Byori untuk segera menemui Binar.
“Ri, Besok kamu kerja aja.
Siapin yang ibu butuhkan, nanti aku yang ke ibu sekalian jenguk bulek Syam.
Kebetulan aku kerjanya agak siangan. Sorenya nanti kita barengan aja ke rumah
sakit ya. Oke. Bin.. aku tinggal dulu ya?”
“Mas Aku janji ma Pakle Hadi
Jam 5.30 loh..” sahut Byori.
“Iya, aku kan udah telp Pak
le, Ri.. emangnya kamu aja yang mau dapet pahala? kuncung kamu” sapanya
terkekeh-kekeh.
“Ihss..iya dong aku harus
banyak pahala, biar bisa Bapak senang. Wewwww..” Byori menggoda kakaknya dengan
mencibirkan bibirnya.
“uhhhg...” cubit Binar sayang
ke mulut Byori yang melancip habis mencibir.
“Ihh.. mas Binar “
“Mas tadi bilang mau bicara,
ini udah jam 9 loh mas. Kamu besok masuk jam berapa? 8 kan. Terlambat gimana?”
Binar terdiam dan menatap Byori pada matanya.
“Kenapa mas ko menatap ku
seperti itu?”
“Ri.. enak ya kalau aku
lagsung pulang dan tidur di sini.” Tiba-tiba dering telp mengganggu percakapan
mereka. Mama Binar menelpon Byori.
“Mas, mama telpon” bentar ya.
“Ya, ma.. “
“Ri, Binar belum sampai
rumah, ada di rumahmu ndak nak?”
“Ada ma, ini lagi ma Ri di
sini.” Langsung Byori menyorongkan telpon ke Binar untuk segera diterima.
“Iya.. ma, ada apa?”
“Jam berapa kamu mau pulang
nak?”
“Ma kayaknya Binar nginep di
rumah Ri aja ya. Bulek nya Ri sakit aku tadi ke sana dulu. Aku takut di jalan
ada apa-apa ma. Akunya ngantuk bener sekarang.”
“Iya besok pagi-pagi kamu
pulang ya. Malu dunk sayang kan belum sah”
“iya mama ku sayang, udah ya
see you mama salam untuk papa” Byori yang sejak tadi berada di samping Binar
dan mendengarkan percakapan mereka sedikit tersipu dan bingung luar biasa.
Karena dia tidak akan membiarkan calon suaminya ini sakit atau terjadi sesuatu
maka dia hanya diam sambil sesekali mencuri pandang ke arah Binar saat sedang
bergaining dengan mama nya.
“Ya udah, mas sebentar aku ke belakang ya.”
Dia menyiapkan air hangat untuk Binar mandi dan meminjam pakaian kakaknya.
Menyiapkan kamarnya untuk Binar istirahat, sementara dia istirahat di tempat
Ibunya, Suci,
“Mas, sudah telponnya?”
“Sudah..”
“Mas Binar mandi dulu ya aku
udah masakin air hangat untuk mandi. Baju gantinya udah di kamarku” setelah itu
kita terusin ngobrolnya nanti setelah mandi dan relaks ya..” Binar langsung
menyetujui dan dia sambar handuknya lalu mandi. Byori menyiapkan mie rebus hangat
ditambah tahu, sayuran, chicken chops sebagai topingnya, kasih sedikit daun
banwang dan bawang goreng. Byori siapkan juga saus tomat, chili dan potato
crispy.
“Woah.. what’s that, Ri?”
sambil menggoyangkan rambutnya setelah keramas.Dia juga mulai comot sana sini.
“I think you’re still hungry eventhough you got your fried chicken. Am I
right, Bi?” Binar mengangguk, tersenyum dan mengambil kursi untuk duduk di
depan makanan itu.
“You always know what I like,
Ri” Binar bergumam sendiri sambil terus menatap Byori.
“Kenapa
Mas? Ada apa? Ga enak ya?
“It’s so
delicious, honey.” Sambil memakan mie nya. Byori langsung tersenyum melihat
Binar begitu lahap memakannya. Byori mengambil handuk yang dipakai Binar dan
menjemur di tempat yang di sediakan sambil tetap ngobrol dengan Binar.
“Mas, tadi
siang waktu aku tag layanan online dari produk terbaru di tempatku, ko bisa ya
dihack gitu. Aku ngga ngerti gimana caranya membuat limited acces buat duplicaters
itu, gemes deh aku mas”
“Memang
kamu masukin iklan produknya kemana?”
“Khusus architect
site lah”
“Oh
berarti persaingan kreativitas itu sepertinya Ri. Kenapa kamu engga block aja no or account nya Ri?”
“Aku juga bingung ko engga ke detect di visualnya tapi jelas banget
kalau ide tim nakash jadi dianggap yang duplicater.
Sedih banget kan. Kita yang susah mencari ide eh malah kita yang dianggap duplicater” Binar menyuapi Byori mie
yang dimakannya. Byori membuka mulut dan menerima suapan Binar kemudian
mengambil potato chips disuapkan ke
Binar.
“Enak ya”
Binar menukas sambil tersenyum dan menyuapkan sendok mie yang lain untuknya,
Byori mengangguk mengiyakan.
“Nikah
dengan ku yuk sayang..”
“Kapan?”
“Besok,
mau?”
“Mau”
“Bener?!” tungkas
Binar tidak percaya. Byori mengangguk cepat, Binar berteriak melanjutkan.
“Yes!! Oh
Thank God. Thank you honey, I love you so much”
“My mom and dad will come here as soon as
possible after Bu lek Syam recovers her sickness. What about that?”
“I agree
honey” ungkap Byori lembut, Binar menyambut senyuman manis Byori. Lalu Binar
merengkuh pundak Byori dan memeluknya. Setelah sikat gigi, Binar masuk ke kamar
Byori dan Byori pindah ke kamar Ibu Suci. Jam menunjukkan pukul 04.00 pagi.
Byori bangun dengan segera. Mandi kemudian mempersiapkan nasi goreng buat
semua. Bi Mirah sudah sampai untuk mengambil uang belanja warung sayuran
matang. Setelah Bi Mirah diberikan uang sebesar Rp. 250.000,- , dia langsung
pamit ke Byori. Suci amat percaya pada Bi Mirah yang sudah hampir 23 tahun
bekerja dengan keluarga Suci. Mbak Raena dan Mas Dorian bangun bersamaan.
“Ri, Binar
jadi nginap?” Dorian bertanya ke adiknya. Lalu dia melanjutkan
“Semalam dia
minta ijin nginap, katanya dia ga enak badan, ya, mas bilang aja silahkan aja.
Kamu tidur di kamar Ri nanti Ri biar pindah.” Byori terkejut dengan pernyataan
kakaknya yang sama dengan apa yang dia lakukan sambil terus melanjutkan masak.
“Iya mas,
jadi. Dia bilang sama mama nya mau pulang pagi ini. Dia kerjanya kan jam 8”
respon Byori.
“ooh..,
Baju ibu udah disiapin belum Ri?”
“Belum
dibungkus, mas. Mbak, maaf ya aku mau bungkusin baju ibu dulu”
“Iya sana
sebelum shubuh harus udah siap, loh”.
“Iya
mbak.” Lalu Byori menuju kamar ibu ketika dia berpapasan dengan Binar.
“Semalam
aku masuk kamarmu mas. Biar baju kamu yang itu ga kusut, aku gantung di
belakang pintu ya. Sudah semprot dikit, nanti mas pulang masih tetap rapi gitu”
“Ehmm
..mantab” katanya singkat
“Mas udah
sehat lagi?”
“Udah
sehat bener, tidur nyenyak, perut kenyang, baju tetap rapi.”
“Kamu jadi
anter Pak le atau Mas Do yang anter beliau?”
“Mas Do,
Dia kalau ga ketemu Ibu sehari bisa ngamuk-ngamuk, hahaha”
“Udah
beres belum, Ri?” teriak Dorian dari dapur.
“Bentar
lagi, Mas!” sambil menyuruh Binar ke dapur makan or cuci muka dulu. Byori sudah
siap memberikan apa yang dibutuhkan ibunya dan memasukkan ke dalam kantong kain
yang akan dibawa kakaknya.
sip bu, novel atau pengalamannya pas mau dinikahi?
BalasHapusHehehe
BalasHapus